Pengkhianat (2)

741 55 1
                                    

Keheningan terjadi lagi di aula kerajaan. Tak ada yang berani bicara sepatah katapun, bahkan saking heningnya suara burung hantu terdengar hingga ke dalam, seolah-olah burung-burung itu menjawab pertanyaanku.

Aku ingin membuat bangsawan lain sadar. Ini bukan karena pernikahanku, ini bukan karena terbunuhnya Putri Sunda, tetapi aku melakukan ini karena ada orang yang melanggar perintahku. Orang yang melanggar perintahku harus dihukum, apapun itu, sekalipun untuk kemajuan Majapahit.

Aku melakukan ini untuk mempertahankan wibawa ku. Jika ini terus terjadi, maka akan banyak orang-orang yang tidak loyal kepadaku, melanggar perintah dariku, dengan alasan-alasan seperti yang Gajah Mada lakukan. Di sebuah kerajaan, harus ada seseorang yang dihormati, disegani, dan ditakuti, orang itu adalah aku.

"Apakah kau punya pembelaan?" tanya ku pada Gajah Mada, setelah ketenanganku kembali.

"Tidak ada yang Mulia. Aku bersalah telah melanggar perintahmu dan kesetiaanku padamu, tapi biarkanlah hamba menjelaskan kenapa hamba melakukan semua ini," jawab Gajah Mada.

Aku pun mengangguk.

Gajah Mada menarik nafas dalam mencoba untuk menjelaskan, "Memang betul aku melakukan semua ini demi kejayaan Majapahit, tapi selain itu aku bersikeras untuk menyelesaikan sumpahku, menyatukan Nusantara. Saat itu, yang tersisa hanyalah satu yaitu Sunda. Hamba berpikir jika Yang Mulia menikahi Putri Sunda itu, maka penaklukan Sunda akan jauh sekali, butuh waktu yang lama, sedangkan hamba merasa kematian hamba sudah diujung mata. Untuk itu hamba mencegat mereka di Bubat. Hamba ingin mati ketika sumpah hamba terpenuhi."

Mendengar penjelasan Gajah Mada, sebetulkan aku tak sampai hati untuk menghukumnya, tapi ini lah tugasku. Aku harus mengambil segala keputusan, bukan hanya yang menyenangkan, tapi juga memilukan.

"Maafkan hamba Yang Mulia," ucap Gajah Mada seraya bersujud mohon ampun pada ku.

Aku berdiri dari singgasanaku, berjalan ke arahnya, dan memintanya untuk bangun, berdiri tepat dihadapanku.

"Kau adalah guru dan sahabatku, tapi apa yang telah kau lakukan telah melewati batas. Dengan ini aku menghukummu, melepas jabatanmu sebagai Amangkhubumi, menjadi rakyat biasa, dan diasingkan ke Madakaripura," kataku.

Aku menjulurkan tangan dan dia pun menjabat tanganku. Ini adalah jabat tangan terakhirku dengan Gajah Mada, sekaligus menjadi perpisahanku dengan nya, hingga selama-lamanya.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang