Desakan (2)

441 48 1
                                    

"Menikah? Apa mereka tidak melihat aku sedang berusaha melamar seorang wanita sekarang?" tanyaku keheranan.

Ibu terdiam memilih kata yang tepat untuk disampaikan padaku. Kamar tidurku jadi lenggang, hanya terdengar suara langkah kaki prajurit yang mondar-mandir dari kejauhan.

"Melamar? Wanita sunda itu? Bukankah dia sudah jelas-jelas menolak?" tanya ibu.

"Belum bu. Itu masih belum pasti. Aku akan menunggu kepastian itu datang," jawabku.

"Mau sampai kapan? Bukankah kau sudah berusaha hampir satu tahun ini. Ini adalah penghinaan nak. Seorang Raja besar dari Majapahit ditolak dan digantungkan oleh seorang gadis. Ini penghinaan besar nak. Bukan hanya kepadamu, tapi ke kerajaan ini," jawab ibu.

Aku terdiam, tertunduk. Tak ada yang bisa ku katakan selain diam. Aku hanya bertanya-tanya kenapa sulit sekali bagiku untuk mendapatkan wanita yang ku cintai.

"Nak. Negeri ini butuh permaisurinya. Negeri ini butuh penerusmu. Untuk menjaga keamanan dan stabilitas politik di kerajaan ini. Tolonglah nak, agar kau mengerti. Ini bukan hanya urusan cintamu dan hatimu, tapi ini menjadi urusan satu negeri," jelas ibu.

Aku terdiam lagi. Apa yang dikatakan ibu adalah benar, tapi aku tidak bisa menerima jika aku harus menikahi perempuan lain selain Pitaloka.

Dengan tertunduk aku memohon kepada ibu, "Ibu beri aku waktu satu minggu. Saat ini Patih Madhu sudah pergi ke Kerajaan Sunda untuk mendapat restu mereka. Jika mereka tetap tidak merestui, aku akan menyerahkan kepada pilihan ibu, siapa wanita yang akan ku nikahi.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang