Jemput

416 47 1
                                    

Aku berjalan cepat menuju pintu istana diikuti oleh Gajah Mada yang setengah berlari mengikuti langkahku. Sebelumnya aku sudah meminta pengawal untuk menyiapkan kuda bagi kami. Pengawal itu sempat heran, ketika aku bilang aku akan berkuda sendiri. Dia menatap Gajah Mada menunggu instruksi darinya. Gajah Mada pun meminta untuk menyiapkan pengawalan untukku.

Tak perlu waktu lama, dua puluh kuda disiapkan. Dua diantaranya untuk ku dan Gajah Mada, jadi pengawal yang menjaga kami berjumlah 18 orang. Aku berkuda di depan dan diikuti oleh Gajah Mada dibelakangku.

Kuda yang dipersiapkan untuk ku adalah kuda spesial yang terlatih, dengan kecepatan lari melebihi kecepatan kuda pada umumnya. Aku memacu kudaku dengan kecepatan tinggi, karena tak sabar bertemu dengan Sang Laksamana.

Tak, Tuk, Tak, Tuk, terdengar suara kuda kami yang menghempas tanah dalam kecepatan tinggi.

"Yang Mulia, pelankan sedikit kuda anda, kami tidak bisa mengejar," ucap Gajah Mada yang teriak untuk mengalahkan suara desiran angin.

Aku menoleh ke belakang. Tanpa sadar ternyata mereka sudah jauh tertinggal olehku, jadi ku perlambat sedikit lari kuda ku.

Dengan kuda-kuda istana, tak perlu waktu lama bagi kami sampai di Pelabuhan. Begitu kami sampai, telah banyak orang-orang yang berkumpul. Melihat rombongan kapal perang sebanyak itu, tentu mereka bertanya-tanya apa yang terjadi. Kapal-kapal hampir berlabuh semua. 80 kapal dengan pasukan berjumlah 40.000 orang tentu akan memakan waktu lama untuk melabuh.

Orang-orang yang berkumpul, membuat kuda-kuda kami tak bisa lewat dan maju ke depan. Para pengawal berteriak-teriak meminta jalan untuk kami. Begitu mereka melihat bahwa yang lewat adalah aku, Raja mereka, maka mereka pun langsung menepi memberikan jalan dan bersimpuh memberi hormat padaku.

Aku tak sempat menyapa mereka. Kuda kami langsung bergerak ke depan, meskipun di tengah kerumunan orang ini, kuda kami tidak bisa secepat sebelumnya.

Tak perlu waktu lama, kami berhasil mencapai tepi pelabuhan. Disana berdiri seorang Laksamana yang memerintahkan pasukannya untuk segera merapat karena hari sudah mulai gelap.

Begitu melihatku, dia langsung membungkuk memberi hormat. Aku pun menghampirinya dan memeluknya.

"Bagaimana kabarmu?" tanyaku pada Laksamana Nala sembari melepas pelukan.

"Kita berhasil Yang Mulia. Nusantara, dari Malaya hingga Papua berada di bawah kekuasaan Anda," ucap Nala.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang