Nasihat Seorang Ibu

1.7K 164 3
                                    

Tanpa terasa rapat yang melelahkan tadi berakhir hingga malam hari. Aku akan segera kembali ke kamarku untuk beristirahat.

Tangan kananku gemetar, untungnya aku bisa menahannya saat rapat tadi, tetapi ketika aku sendiri aku tidak bisa menahannya lagi.

Umurku baru 14 tahun dan aku harus memimpin para bangsawan dan ksatria.Apa tanggapan mereka tentangku? Bocah ingusan? Aku hanya seorang bocah yang berlindung di bawah ketiak ibu ku sang ratu Majapahit.

Makin lama getaran di tangan kananku makin kuat, aku sampai harus menahannya dengan tangan kiriku. Ketika aku masuk kamar, aku melihat ibu duduk di atas kasurku, melihat diriku yang masuk melalui pintu yang dijaga oleh dua orang pengawal.

Aku berusaha menyembunyikan tangan kananku di balik badanku. "Ibu," sapaku penuh hormat.

"Anakku," jawab ibu sambil melirik ke arah tangan kananku yang terrsembunyi di balik badanku.

"Bagaimana rapatnya? Apakah berjalan dengan baik?" tanya ibu

"Baik bu," jawabku. Lalu aku menceritakan tentang sepupunya Adityawarman yang ku kirim ke Kaisar Tiongkok untuk bekerja sama menghadapi Sriwijaya dan Gajah Mada yang ku perintahkan untuk bernegoisasi dengan Kerajaan Sunda.

Ibu mengambil tangan kananku dan menggenggam kedua tanganku sambil berkata, "Kamu hebat anakku, aku seperti melihat bayangan kakekmu Raden Wiyaja dalam dirimu."

Perlahan gemetar ditanganku mereda. "Ibu," kataku memelas.

"Tenanglah nak, ibu yakin kau akan jadi raja yang hebat," tambah ibu.

Aku memang bisa tegas dan tegar di depan banyak orang, tetapi tidak di depan ibukku. Aku memeluknya berusaha menahan tangis, sungguh berat beban di pundak dan dadaku.

"Anakku biarkan aku memberi nasihat padamu," aku pun melepas peluknya dan mendengarnya dengan seksama.

Ibu berkata, "Anakku, kau ada calon pemimpin di negeri ini. Walaupun umurmu yang masih muda, kau harus mendapatkan rasa hormat dari rakyatmu. Karena, rakyat yang tidak menghormatimu akan membawa kehancuran di negeri ini. Rasa hormat itu bisa kau dapatkan dari sikap mu dan kemenangan - kemenangan yang kau persembahkan untuk negeri ini. Untuk itu aku menugaskan mu untuk menaklukan Sriwijaya. Kerajaan tertua di Nusantara."

Aku menatap ibu penuh perhatian.

Ibu melanjutkan nasihatnya, "Jika engkau menjadi pemimpin, kau harus jadi pemimpin yang tegas kepada siapapun tanpa memihak. Jangan percaya sama siapapun kecuali dirimu sendiri. Jangan sampai engkau menjadi pemimpin boneka yang dikendalikan orang lain."

"Baik bu," anggukku perlahan.

"Sekarang kamu harus beristirahat, karena besok akan menjadi hari yang panjang," tambah ibu.

Ibu pun meninggalkan ku di kamar sendirian.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang