Akhir

1.7K 84 7
                                    

Kerpergian Gajah Mada dari istana adalah sebuah kehilangan besar. Jika diibaratkan sebuah tubuh, aku adalah raganya dan Gajah Mada adalah jiwanya. Kehilangan Gajah Mada berarti kehilangan jiwa dari kerajaan ini.

Gajah Mada telah memberikan apa saja yang dia punya ke kerajaan ini, termasuk hidupnya. Jadi ketika dia sudah berhenti jadi Amangkhubumi, dia merasa hidupnya tidak berarti lagi dan dia pun menghembuskan nafas terakhirnya sebagai orang terasing di kerajaannya sendiri.

Musuh-musuh mulai mengamati kericuhan yang terjadi di kerajaan ini, seperti burung-burung gagak yang berputar-putar di atas kami, menunggu hingga kami menjadi bangkai. Bahkan kerajaan-kerajaan di bawah kekuasaan Majapahit ingin memisahkan diri, untuk ituk erajaan ini membutuhkan segera pengganti Gajah Mada. Laksamana Nala, Patih Madhu, dan Gajah Enggon.

Laksamana Nala menolak untuk menjadi Amangkhubumi, dia berharap dapat mati di laut membela kerajaan ini. Berbeda dengan Laksamana Nala, Patih Madhu ditolak oleh dewan kerajaan, karena keterlibatannya pada perencanaan pernikahaanku dengan Putri Pitaloka. Jadi terpilihlah Gajah Enggon sebagai Amangkhubumi menggantikan Gajah Mada.

Pertikaian ini telah membuat hubungan Majapahit dan Sunda menjadi renggang, padahal sebelumnya kami adalah saudara karib. Aku mengirimkan seorang utusan dari Bali untuk menyampaikan permohonan maafku pada Hyang Bunisora Suradapati, yang menjadi pengganti sementara Prabu Linggabuana.

Aku memerintahkan utusan itu untuk menjelaskan kepada Kerajaan Sunda bahwa ini hanyalah kesalahpahaman dan kami akan mengabadikan peristiwa ini dalam kidung Sunda, tetapi tentu saja mereka tidak akan percaya.

Akhirnya mereka memutus hubungan dengan Majapahit dan menutup seluruh perbatasan, bahkan mereka melarang siapa saja keturunan Sunda untuk menikah dengan keturunan Majapahit.

Cintaku yang akhirnya kandas, membuatku meratapi Putri Pitaloka setiap harinya. Hingga akhirnya ibuku memaksaku untuk menikah untuk memberikan pewaris bagi kerajaan ini dan aku pun menikahi sepupuku, Sri Sudewi.

Sebuah pernikahan tanpa cinta, pernikahan hanya demi negara.

Angin telah membawaku terbang tanpa arah, meratapi kesedihan tak berujung, kehilangan seorang guru dan seorang kekasih.

Jika cinta ini menjadi urusan seluruh negeri, biarlah ku bawa sampai mati.

*****

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada istriku Azulfiani, Pitaloka dalam hidupku, yang telah mendukungku dengan segala cara, pujian dan kritikan. Terima kasih telah menjadi angin yang terus mendorongku untuk bisa terbang menuju awan. 

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang