Samudera Pasai 6

563 69 10
                                    

"Bunuh diri?" bentakku.

Ku perintahkan pengawal untuk mengumpulkan para bangsawan untuk mendengarkan pesan ini. Agar mereka dapat merasakan kemarahan yang ku rasakan.

Selang beberapa lama, para bangsawan berkumpul di aula kerajaan. Ku perintahkan pengawal membacakan kabar mengejutkan itu. Mereka terkejut, ada yang menutup mulutnya, ada yang menangis. Bagaimana ada orang sekejam itu?

"Yang mulia, ada seseorang yang mengaku utusan dari Samduera Pasai," potong salah seorang pengawal yang menjadi pemecah keheningan.

"Suruh dia masuk!" perintahku.

Utusan itu pun masuk ke aula kerajaan. Semua mata bangsawan Majapahit menatap utusan itu dengan pandangan jijik.

"Yang Mulia, Raja Majapahit. Saya adalah utusan dari Kesultanan Samudera Pasai, membawa surat dari Sultan," ucap utusan itu.

"Bacakan disini," perintahku.

"Tapi yang mulia, sultan memerintahkan ku untuk membacakan surat ini secara pribadi kepada Anda, yang Mulia," jawab utusan itu.

"Bacakan disini!" perintahku sekali lagi sambil membentak.

"Kau berada di tanahku, tanah Majapahit. Beraninya kau memerintahku," teriaku marah.

"Maafkan saya Yang Mulia. Baiklah aku akan membacakan isi surat tersebut disni," ucapnya sambil gemetar ketakutan.

Utusan itu pun membaca isi suratnya,

"Kepada Yang Mulia Raja Majapahit, Raja Hayam Wuruk, dari Kesultanan Samudera Pasai.

Kami mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya dan memohon permintaan maaf, jika apa yang kami lakukan sebelumnya dapat menyebabkan Raden Galuh menyakiti dirinya sendiri. Sunggu disayangkan apa yang terjadi pada perjodohan antara pangeran Tun Abdul Jalil dan Raden Galuh. Mereka justru menemukan cinta mereka di akhirat sana. Kami berharap kerjasama dan hubungan diplomatis antara Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Samudera Pasai dapat berlanjut.

Salam,

Sultan Ahmad Malik Az-Zahir."

"Omong kosong!" bentakku. Ku ambil dan ku robek surat itu di depan utusan Kesultanan Samudera Pasai.

Seluruh isi ruangan itu kaget. Bukan hanya utusan tersebut, melainkan para bangsawan yang hadir heran dan takut nampak di wajah mereka, memikirkan apa yang akan ku lakukan selanjutnya.

"Apa yang kalian lakukan kepada Raden Galuh sungguh menodai kerjasama yang akan kita lakukan. Kalian juga telah menginjak harkat dan martabat Kerajaan Majapahit," jawabku.

"Pergi kalian!" bentakku.

"Sampaikan kepada sultan kalian, bahwa tak akan ada lagi pertemuan diplomatis antara kerajaan kita. Pertemuan selanjutanya adalah di medan perang!" teriakku

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang