Musibah

485 46 0
                                    

Hari demi hari berlalu tanpa adanya kabar dari Gajah Mada. Siang berganti malam dan malam berganti siang, kabar yang ditunggu tak kunjung datang.

"Berapa lama perjalanan ke Sunda?" tanyaku kepada pengawal.

"Empat sampai lima hari yang Mulia," jawab pengawal singkat.

"Lalu kenapa belum ada kabar juga dari Amangkhubumi?" tanya ku bersikeras.

Pengawal itu hanya diam tertunduk. Mereka pun tidak lebih tahu dari ku. Jika ada kabar terbaru pasti aku lah jadi orang yang pertama tahu. Sekarang mereka malah jadi bulan-bulanan kekesalan dan kekhawatiranku.

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Ku mengharapkan itu adalah Gajah Mada, tetapi bukan itu menteri pertanian Majapahit.

Sekedar informasi, meskipun wilayah Majapahit terbentang dari Sumatera hingga Bali, tetapi aku hanya mengurusi kebutuhan di wilayah ibukota Majapahit saja. Sedangkan urusan di daerah lain diurus oleh raja-raja setempat. Mereka hanya akan menghubungi ibu kota jika memerlukan bantuan dan menyerahkan upeti saja.

"Yang Mulia," sapa menteri itu sambil membungkuk memberi hormat.

"Ada apa gerangan kau datang menemuiku siang-siang begini?" tanyaku.

Menteri itu menunduk memilih berhati-hati dalam pemilihan kata-katanya.

"Ada kabar buruk yang mulia," jawab menteri itu.

"Ada apa?" tanyaku penasaran.

"Hujan deras semalam menyebabkan air meluap dan banjir yang menggenangi sawah-sawah petani. Mereka mengalami gagal panen," jelas Menteri.

"Seberapa buruk?" tanyaku khawatir.

"Buruk yang mulia, cadangan makanan kita hingga tahun depan terganggu," jawab Menteri.

"Apakah kau punya solusi?" tanyaku.

"Sampai saat ini belum yang Mulia," jawabnya sambil tertunduk tanda penyesalan.

"Siapkan rapat. Kumpulkan menteri-menteri yang lain. Masalah ini harus cepat selesai atau rakyat akan kelaparan," ucapku.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang