Sang Laksamana

394 49 0
                                    

Kicauan burung-burung membangunkanku. Ku lihat keluar jendela dan ternyata hari sudah pagi. Terdengar suara langkah kaki yang ramai, sepertinya banyak orang yang berdatangan. Aku harus segera bersiap.

Tak lama setelahnya, aku tiba di aula. Terlihat ruangan penuh dengan para bangsawan. Berita penaklukan Majapahit telah tersebar ke seluruh negeri. Para bangsawan yang berada di ujung negeri sekalipun datang ke ibukota. Mereka berangkat tengah malam, seolah tidak mau ketinggalan memberikan ucapan selamat.

Saat aku melangkah menuju singgasana, ku lihat Gajah Mada dan Nala telah berdiri tepat di barisan paling depan. Menangguk memberikan hormat kepadaku.

"Para bangsawan yang terhormat," sapaku.

Aku melanjutkan, "Banyak dari kalian yang telah mendengar keberhasilan armada laut ktia. Mereka dengan jumlah mencapai 40.000 orang, menjadi armada laut terbesar di seluruh Nusantara. Mereka meninggalkan keluarga mereka demi kejayaan negeri ini."

Para bangsawan mengangguk tanda setuju dengan pernyataanku barusan.

"Aku persembahkan orang yang paling berjasa atas keberhasilan kita. Orang yang memimpin 40.000 pasukan untuk menaklukan Nusantara. Orang yang memenuhi mimpi kita. Dia adalah Laksamana Nala," ucapku sambil menunjuk Nala, memberi dia tanda untuk bergerak maju ke arahku.

Para bangsawan menyambutnya sambil bertepuk tangan. Nala pun berjalan ke arahku menuju singgasana dan berdiri tepat di hadapanku. Membungkuk memberi hormat padaku dan berbalik arah ke arah bangsawan lainnnya. Setelah itu dia berdiri di sampingku.

"Laksamana Nala. Di hadapan para bangsawan dari Kasta Brahma. Berkat jasa-jasamu yang besar, aku mengangkatmu menjadi Patih," ucapku yang disambut tepuk tangan lagi dari para bangsawan.

Nala pun melihat ke arahku. Raut mukanya tampak ragu.

Apakah dia kecewa?

Bukankah ini adalah jabatan yang tinggi?

Dia hanya berada satu tingkat di bawah Gajah Mada dan dia langsung bertanggung jawab padaku.

Akhirnya aku bertanya kepadanya, "Bagaimana Laksamana?"

"Dengan segala hormat Yang Mulia, sepertinya saya harus menolaknya," jawab Nala.

Mendengar jawaban Nala, seluruh hadirin terdiam, termasuk diriku. Tak ada yang menyangka bahwa Nala akan menolak, apalagi di hadapan bangsawan dari seluruh negeri ini. Aula kerajaan yang menampung hampir 1000 orang itu jadi sunyi. Tak ada yang berani berkata-kata.

"Aku adalah seorang Laksamana. Aku akan hidup dan mati di laut," ucap Nala yang menambah keheningan.

Kisah Cinta Raja Jawa (END)(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang