PART 22

98.5K 6.8K 322
                                    

Merry Christmas, Taylor.” kata Carlos, Taylor keluar dari dalam mansion sambil menyunggingkan senyum.

Merry Christmas, kenapa kamu tidak bilang kalau mau datang?” tanya Taylor, Carlos mengangkat alisnya.

“Kamu lupa dengan ajakanku beberapa minggu yang lalu?” tanya Carlos. Tentu saja Taylor lupa, pikirnya. Selama itu, mereka tidak pernah bertemu. Carlos juga sibuk merancang produk terbarunya yang akan meluncur tahun depan nanti.

“Tidak, sebenarnya ya.” jawab Taylor, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Carlos tertawa kecil melihat tingkahnya.

“Siapa, Taylor?” tanya Scott yang baru keluar dari mansionnya. “Ah, Carlos.” sapanya, saat melihat Carlos.

Merry Christmas, Scott.” kata Carlos. Pembawaannya sangat tenang, namun juga dingin.

Merry Christmas.” balas Scott tersenyum kecil.

“Ah, ternyata bajingan ini yang datang.” kata Alastair yang juga baru keluar bersama Cordelia dan Victor.

Mendengat perkataan kurang ajar Alastair, Cordelia memelototi anaknya dan memukul pria itu. “Jaga mulutmu, tidak sopan!” kata Cordelia, menatap tajam Alastair.

Merry Christmas, Carlos.” kata Cordelia, tersenyum manis.

Merry Christmas, Aunt, Uncle, Alastair.” balas Carlos, tersenyum miring pada Alastair. Kalau Alastair tetap mempertahankan sifatnya itu, maka Carlos juga akan mempertahankan sifatnya.

“Kami tidak tahu kalau kamu akan datang.” kata Cordelia.

“Sebenarnya mendadak. Aku ingin mengajak Taylor keluar jalan-jalan, hanya sebentar.” balas Carlos, sekaligus meminta izin pada keluarga Taylor.

“Dia tidak akan ke mana-mana, lagipula cuaca sangat dingin.” kata Alastair, ketus. Carlos hanya membalasnya dengan senyum paling manisnya. Wanita manapun akan terpesona, termasuk Cordelia dan Taylor.

“Ah, tidak apa-apa. Taylor, masuk untuk bersiap-siap.” suruh Cordelia, Alastair tidak setuju dengan Ibunya, sedangkan Scott dan Victor netral saja.

“Baiklah,” balas Taylor, lalu masuk ke dalam untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian musim dingin.

Mom, kenapa—”

“Sssttt... kamu ini kekanakan sekali, lagian adikmu itu sudah tua, usianya nyaris mencapai kepala tiga. Biarkan dia keluar, lagian ini adalah Carlos, kita sudah mengenalnya sejak lama.” balas Cordelia, lalu tersenyum pada Carlos.

“Justru dia adalah Carlos, Mom tidak lupa bukan? Dia orang yang sudah—”

“Sssttt... tidak usah berkata lagi. Maafkan Alastair, Carlos. Dia memang begitu.” kata Cordelia, tidak enak hati karena Alastair.

It’s okay.” balas Carlos, tersenyum. Alastair semakin muak melihat wajah Carlos.

Tak berapa lama, Taylor keluar dengan mantel yang sudah melekat di tubuhnya, beserta selendang di sepanjang lehernya, tidak lupa juga dia memakai sarung tangan agar tangannya tidak membeku. “Aku sudah siap.” kata Taylor.

“Sana berangkat.” kata Cordelia, terkesan mengusir. Ibunya terlalu antusias, akibat racun dari senyuman Carlos.

Taylor terkekeh, lalu menatap Carlos. “Bisakah kita—”

“Ya, ayo!” kata Carlos.

“Jangan terlalu malam pulangnya.” peringat Scott, Carlos mengangguk dan membuka pintu mobil untuk Taylor, lalu dia menyusul masuk ke dalam.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang