Carlos keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Rambutnya masih basah, dada telanjang, dan hanya sebuah handuk yang melilit dari pinggang sampai ke lutut. Pemandangan itu akan membuat wanita mana saja terpukau, hingga tidak dapat mengalihkan tatapan mereka.
Sayangnya, hal itu tidak berlaku bagi Taylor yang lebih suka memandang foto USG janin yang saat ini sedang tumbuh dalam rahimnya. Masih sangat sulit untuk dipercaya, Taylor sesekali masih menangis haru dan terus mengelus perutnya. Dia sangat senang, perasaan ini tidak bisa dideskripsikan hanya dengan kata-kata.
Carlos tersenyum melihat Taylor yang tidak bosan memandang foto USG itu sejak tadi. Dia juga sangat bahagia, akhirnya Taylor bisa hamil dan mengandung darah daging mereka. Ini yang Carlos inginkan sejak awal, dia tidak mau melihat raut wajah gelisah dan ragu Taylor lagi.
Carlos masuk ke dalam walk in closet untuk memakai pakaian. Percayalah, saking senangnya dan fokus pada foto berwarna hitam putih itu, Taylor bahkan tidak tahu kapan Carlos keluar dari kamar mandi. Dia terlalu senang, senyuman dia sejak pagi tadi tidak pernah pudar.
Tadi pagi Taylor sempat kecewa karena reaksi Carlos di luar ekspektasi. Seharusnya Taylor tahu kalau sifat dasar Carlos memang dingin, bereaksi terlalu berlebihan bukanlah seorang Carlos Reynalds. Tetapi Taylor tetap senang, Carlos hanya terkejut—dia juga bahagia.
Carlos keluar dari walk in closet sesudah memakai pakaian. Taylor menoleh. “Sudah selesai?” tanya Taylor, sedikit terkejut.
Carlos terkekeh. “Makanya jangan terlalu fokus, aku lompat dari jendela saja kamu tidak sadar.” balas Carlos, Taylor hanya mengangkat bahu.
“Pinjam.” kata Carlos.
Taylor lalu memberikan foto USG–nya pada Carlos. Pria itu menatap titik kecil yang ada di sana dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kenapa dia kecil sekali?” tanya Carlos, takjub. Pembentukan tubuh manusia menurutnya sangat luar biasa, dari hanya sekecil kacang polong, mereka bisa menjadi manusia yang sekarang. Ciptaan Tuhan yang sempurna.
“Tentu saja, umurnya bahkan belum mencapai dua bulan.” jawab Taylor, Carlos lalu menatap istrinya sambil tersenyum.
Carlos mendekat dan membawa Taylor ke dalam pelukan dia. “Thank you, my wife. Aku semakin mencintaimu.” katanya, sambil mencium puncak kepala Taylor beberapa kali.
Taylor membalas pelukan Carlos, dia menenggelamkan wajahnya dalam dada bidang itu. “Dua bulan lebih setelah pernikahan, aku rasa tidak terlalu lama. Sudah aku bilang kamu pasti bisa hamil.” kata Carlos, sambil mengelus rambut Taylor lembut.
Taylor mengangguk. “Terima kasih sudah meyakinkanku dan menerimaku apa adanya.” balas Taylor.
“Harusnya aku yang berkata seperti itu setelah apa yang sudah aku perbuat dulu. Thank you, karena sudah mau menerimaku kembali.” kata Carlos.
Taylor melepaskan pelukan mereka, dia menatap wajah Carlos lama. “Kita belum memberitahu kabar ini pada yang lain.” kata Taylor.
“Besok saja, aku yakin kedua Ibu kita akan sangat antusias, mereka akan lebih protektif padamu. Percayalah, ini cucu pertama mereka.” balas Carlos, Taylor terkekeh. Dia sudah dapat membayangkan wajah antusias Cordelia dan Alana.
“Besok hari minggu, kita libur, kan? Aku mau ke mansion,” kata Taylor, dia tidak sabar memberitahukan kabar ini pada kedua keluarganya.
“Ya, kamu juga akan libur seterusnya.” jawab Carlos, Taylor terkejut.
“Apa maksudmu?” tanya Taylor.
“Kamu sedang berbadan dua, kamu tidak dengar apa yang dikatakan Flavia? Kalau kamu tidak boleh bekerja terlalu keras, jadi aku putuskan kamu tidak boleh bekerja lagi.” jelas Carlos, Taylor cemberut. Membayangkan selama sembilan bulan tanpa melakukan apapun, rasanya sangat membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VOUS ATTEINDRE
Romance{COMPLETE/belum direvisi} Taylor Hazel William, semua orang mengenalnya sebagai sekretaris Billionaire paling kaya dan paling terkenal-Carlos Reynalds. Kehidupan Carlos Reynalds tidak pernah lepas dari media dan para wanita yang selalu mengincarnya...