Pintu ruangan tersebut terbuka, terlihat Taylor yang masuk ke dalam untuk melihat-lihat. Senyum kecil terukir di bibir, dia mendekati jendela besar yang ada di depan sana dan membukanya. Udara dari luar langsung menerpa masuk.
Taylor duduk di pinggir jendela sambil mengelus perut yang membuncit, usia kandungannya sudah hampir mencapai sembilan bulan, diperkirakan dia akan melahirkan satu minggu lagi. Taylor tidak sabar menunggu kelahiran bayi pertamanya ini.
Taylor merasa kaki dia sedikit bengkak, begitu juga tangannya. Dokter Flavia sudah memberikan vitamin pada dia agar kondisi tetap terjaga. Dokter Flavia juga menyarankan agar Taylor melakukan operasi caesar saat melahirkan nanti karena tekanan darahnya yang tinggi atau biasa disebut preeklamsia, padahal Taylor sangat ingin melahirkan secara normal.
Taylor menatap seluruh ruangan kamar ini, cukup luas dan sudah dihias sedemikian rupa dengan wallpaper langit-langit yang penuh bintang dan juga awan-awan, didominasi dengan warna pink. Sangat indah.
Sudah ada box bayi besar juga di sana, tapi Taylor tidak mau menempatkan bayinya sendirian di sini, takut kalau dia menangis tengah malam mereka tidak dengar. Mungkin harus menunggu usianya beberapa bulan dulu, baru dia biasakan bayinya untuk tidur sendiri.
Tiba-tiba pintu penghubung yang ada di sana terbuka, muncullah Carlos yang masih memakai jas formalnya—baru pulang kerja. Taylor tersenyum, Carlos mendekat dan duduk di hadapan wanita pujaannya. “Bagaimana keadaannya?” tanya Carlos, mengelus perut Taylor lembut.
“Baik... dia sangat sering menendang sekarang.” jawab Taylor, tersenyum bahagia.
Carlos tersenyum, dia lalu meraih tangan Taylor dan menggenggamnya. “Tanganmu kembali bengkak, begitu juga kakimu. Kamu tidak boleh banyak bergerak lagi.” kata Carlos, sambil memijit lembut tangan Taylor.
Taylor mengembuskan napas. “Apa aku harus melahirkan dengan operasi caesar? Tidak bisa normal?” tanya Taylor.
“Kamu sudah dengar kata Dokter, tekanan darahmu tinggi, itu sebabnya kaki dan tanganmu membengkak. Aku mau semuanya berjalan lancar, aku tidak mau melihat kamu terbaring lemah di ranjang rumah sakit lagi. Itu mengerikan. Sebaiknya kita ikuti anjuran Dokter saja. Dia akan memulai pemeriksaan lagi ketika kamu mau melahirkan.” jawab Carlos, tersenyum kecil dan mengecup bibir Taylor.
“Aku takut, Carl.” kata Taylor.
Carlos menghela napas. “Aku juga, terakhir kali melihatmu di rumah sakit rasanya aku ingin mati saja. Tapi....” jeda Carlos sambil mengelus perut buncit Taylor. “Kita harus selalu berpikir positif, untuk membawanya terlahir ke dunia. Semuanya akan baik-baik saja, Ma chérie. Aku akan selalu menemanimu.” lanjutnya.
Taylor tersenyum lebar, dia mendekati Carlos dan masuk ke dalam pelukan suaminya. Carlos tersenyum dan membalas pelukan Taylor. Dia mengelus rambut Taylor lembut dan mengecup puncak kepalanya penuh kasih sayang.
Banyak hal yang mereka lalui untuk sampai ke tahap ini, dimulai dari ketidakpercayaan, kekecewaan, penyesalan, keraguan, berbagai hal konyol lainnya, perjuangan, membangun kepercayaan lagi, kesakitan, hingga tahap ini—masa di mana mereka saatnya bahagia bersama. Tidak ada pengganggu yang boleh masuk ke dalam rumah tangga mereka sampai kapanpun.
“I love you, my husband.” kata Taylor pelan, Carlos tersenyum. “Tetaplah bersamaku sampai hari tua nanti.” lanjut Taylor.
Carlos mengangguk cepat. “Tentu saja, kita akan menghabiskan masa tua bersama di masa depan nanti, selamanya.” balas Carlos. “I love you, Ma chérie dan aku tidak akan pernah bosan mengatakannya setiap hari, setiap saat, setiap detik padamu. Betapa aku mencintaimu dan betapa besarnya rasa cinta ini, tidak dapat aku deskripsikan dengan kata-kata.” kata Carlos, mencium kening Taylor.
KAMU SEDANG MEMBACA
VOUS ATTEINDRE
Romance{COMPLETE/belum direvisi} Taylor Hazel William, semua orang mengenalnya sebagai sekretaris Billionaire paling kaya dan paling terkenal-Carlos Reynalds. Kehidupan Carlos Reynalds tidak pernah lepas dari media dan para wanita yang selalu mengincarnya...