PART 26

98K 6.8K 279
                                    

Setelah tangisan Taylor mulai reda, Carlos memperhatikan wanita itu yang membersihkan air matanya dengan saputangan yang dia berikan. Baru pertama kali Carlos melihat Taylor menangis sampai seperti ini. Kekecewaan dan kesedihan terpancar pada raut wajah Taylor.

Carlos mengelus rambut coklat Taylor lembut, berusaha menenangkannya yang masih terisak kecil. Carlos sangat tidak suka melihat Taylor menangis. Seharusnya Taylor tidak perlu menyiksa diri karena penyakit ini. Carlos menerima dia apa adanya.

“Kenapa kamu masih ada di sini?” tanya Taylor serak—suara khas habis menangis.

“Tentu saja menemanimu. Aku rencananya ingin mengajakmu dinner. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih.” jawab Carlos, mengusap wajah Taylor yang masih ada bekas air mata.

“Kamu sudah tahu semuanya, kenapa masih mau bersamaku?” tanya Taylor, lirih.

God... sudah aku bilang Taylor, aku menerimamu apa adanya. Penyakit itu bukan halangan bagiku untuk memilikimu, aku mencintaimu Taylor dan aku sudah bertekad untuk berjuang mendapatkanmu, apapun caranya.” jelas Carlos, menekan setiap kata yang diucapkannya agar Taylor mengerti.

“Kamu bodoh....” kata Taylor, Carlos tersenyum sinis dan mengangguk.

“Memang, aku bodoh karena baru tahu perasaanku terhadapmu, aku menyia-nyiakan sebuah berlian demi seonggok batu. Aku bodoh.” balas Carlos.

“Kamu bodoh karena mau bersama aku. Aku tidak bisa memberikan apapun padamu, Carlos! Kamu akan menderita kalau bersamaku. Kamu membutuhkan seorang penerus dan aku tidak bisa memberikannya padamu. Apa yang kamu harapkan dariku?!” balas Taylor, kembali menangis.

Carlos menghela napas. “Apa hanya itu yang kamu pikirkan dan khawatirkan? Aku tidak peduli, aku mencintaimu Taylor, aku menerima semua kelebihan dan kekuranganmu. Kenapa kamu tidak mencoba menerima dirimu sendiri? It’s okay, but please... biarkan aku masuk ke dalam kehidupanmu. Aku akan membantumu melewati semua ini.” kata Carlos, menangkup wajah Taylor lembut.

Taylor memejamkan mata, membiarkan air matanya mengalir, mengenai tangan Carlos yang menangkup wajahnya. “Kamu akan menderita, Carl. Dunia akan tahu hal ini dan kamu pasti akan dihujat karena bersama aku!” kata Taylor, berharap Carlos mau mundur.

Taylor merasakan rasa sesak yang luar biasa karena mengatakan kata-kata itu. Setidaknya dia melakukan semua ini untuk kebaikan Carlos, karena dia sendiri tidak ada harapan lagi. Taylor lelah, dia tidak mau ada orang lain ikut ke lubang yang sama dengannya, terlebih lagi itu Carlos.

“Aku ingin bertanya Taylor, apa kamu masih mencintaiku?” tanya Carlos pelan, menatap dalam-dalam manik mata Taylor.

Taylor terdiam, tidak menjawab. Carlos menjauh, menatap Taylor datar. Tanpa bertanya pun sebenarnya Carlos sudah tahu jawabannya, dia hanya ingin memastikan. Kenapa wanita ini menyerah begitu saja hanya karena penyakit yang bisa disembuhkan? Taylor terlalu kecewa dan larut dalam kesedihan.

“Kita bisa bersama-sama melewati semua ini, Taylor. Jangan menyerah begitu saja, kamu bisa sembuh. Aku akan tetap mengejarmu, meraihmu, tidak akan aku biarkan kamu lari lagi.” kata Carlos, dia tidak mau mendengar segala penyangkalan Taylor lagi.

Taylor terlalu memikirkan perasaan dan kebahagiaan orang lain, tapi dia tidak memikirkan perasaan dan kebahagiaan dirinya sendiri. Carlos tidak akan membiarkan hal itu terjadi, dia akan membantu Taylor bangkit, menjadi dirinya yang dulu.

Carlos sudah mengetahui penyakit Taylor sejak lama, yang wanita itu anggap sebagai kekurangannya. Delapan tahun yang lalu, pandangan Carlos tidak pernah lepas dengan apa yang Taylor lakukan. Wanita itu pernah ke Dokter kandungan, membuat Carlos bertanya-tanya dan berbagai pikiran negatif mulai menghantamnya.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang