Keesokan pagi, Taylor kembali memasuki gedung hotel seperti biasa. Dia tersenyum kecil pada beberapa karyawan yang menyapa dia. Sampai di depan lift, Taylor menekan tombol angka—menuju lantai tempat ruangannya berada dan menunggu pintu terbuka.
Ketika pintu lift terbuka, Taylor tercengang melihat Carlos dan Richard, beserta orang-orang berpakaian hitam yang ada di belakangnya. Taylor menyingkir dan memberi jalan pada mereka, menunduk sedikit sebagai tanda hormat, dia harus profesional.
“Taylor,” panggil Carlos, Taylor mendongak. “Kamu punya waktu setelah bekerja nanti?” tanyanya.
“Tidak.” jawab Taylor tanpa pikir panjang, dia tidak mau bertemu Carlos lagi. Sekarang hanya kebetulan saja.
“Aku akan menunggumu sesudah pulang kerja nanti.” balas Carlos, mengabaikan jawaban Taylor barusan. Dia tersenyum miring dan kembali melanjutkan langkah, diekori oleh para pengikutnya.
Taylor mengembuskan napas dan menggeleng pelan, lalu menuju ruangannya. Ketika berangkat tadi, Taylor sedikit heran karena tidak menemukan Scott di manapun. Scott selalu pergi dan pulang tanpa diketahui.
Sampai di dalam ruangan, Taylor mengernyit melihat Scott yang sedang duduk di kursinya, mengerjakan sesuatu. “Scott? Kenapa kamu—”
“Aku akan pulang ke Boston nanti siang. Aku kasihan melihatmu kurang beristirahat, jadi aku membantumu mengerjakan sebagian. Sebenarnya tidak banyak Taylor, apa yang kamu kerjakan?” tanya Scott, Taylor mengangkat bahu.
“Kalau kamu pulang nanti siang, katakan pada Mom kalau aku baik-baik saja. Dan apa yang aku kerjakan adalah urusanku.” jawab Taylor, membuat Scott menatapnya datar.
“Ini adalah hotelku, sudah seharusnya aku tahu apa yang kamu kerjakan. Kalau kamu memaksa mengerjakan hal-hal yang bukan tugasmu, kamu akan aku pecat dan aku akan menyeretmu kembali ke Boston.” ancam Scott.
Scott tentu saja tahu apa yang dilakukan Taylor selama ini. Taylor sengaja menyibukkan diri dengan mengambil ahli pekerjaan karyawan lain yang masih baru. Harusnya Taylor mengajari mereka agar bisa menjadi lebih baik lagi, bukannya mengambil ahli pekerjaan mereka.
Taylor menghela napas. “I’m fine, aku memang menginginkan tugas yang banyak—”
“Untuk mengalihkan pria itu dari pikiranmu atau menyiksa dirimu?” tanya Scott, memastikan. Taylor terdiam.
Scott berdiri dari duduknya dan memegang bahu Taylor, menatap adiknya itu lekat-lekat. “Taylor, aku tidak tahu apa isi pikiran dan perasaanmu. Tapi, kalau kamu menyiksa diri seperti ini terus, mau sampai kapan?” tanya Scott, dia sangat khawatir.
Selama empat tahun, Taylor tidak pernah berhubungan dengan siapapun, itu membuat Scott khawatir kalau Taylor akan terus berlarut dalam kesedihannya. Kalau begitu, kapan adiknya bisa bahagia dan melupakan Carlos?
“Aku tidak tahu.” jawab Taylor pelan.
“Aku tidak akan menyuruh atau melarangmu untuk melakukan apapun. Turuti apa yang kamu inginkan kali ini, Taylor. Kita memang harus egois sesekali,” kata Scott, Taylor memijit pelipisnya.
“Aku tidak tahu apa yang aku inginkan sekarang.” balas Taylor.
“Kamu akan tahu nanti. Sekarang kembali bekerja, aku akan memantau beberapa bagian hotel dulu, sebelum berangkat.” kata Scott, mengelus pundak Taylor lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
VOUS ATTEINDRE
Romance{COMPLETE/belum direvisi} Taylor Hazel William, semua orang mengenalnya sebagai sekretaris Billionaire paling kaya dan paling terkenal-Carlos Reynalds. Kehidupan Carlos Reynalds tidak pernah lepas dari media dan para wanita yang selalu mengincarnya...