PART 29

81.4K 5.5K 115
                                    

Sore harinya Taylor dan Carlos menuju pantai, duduk di bibir pantai, membiarkan air laut mengenai kaki telanjang mereka. Taylor memejamkan mata, merasakan angin laut yang menerpanya, sangat sejuk.

Carlos sejak tadi tidak mengalihkan pandangannya dari Taylor. Semua yang terjadi pada mereka saat ini, masih seperti mimpi. Carlos dan Taylor juga tidak pernah menyangka kalau mereka akan berada di tahap ini. Orangtua mereka kemungkinan tidak akan terkejut lagi.

“Carl....” panggil Taylor tiba-tiba. Carlos hanya bergumam, menunggu Taylor mengatakan sesuatu.

“Kamu tidak sibuk? Bukankah beberapa hari lagi ada peluncuran produk terbaru dari perusahaanmu?” tanya Taylor, Carlos mengangguk.

“Lalu?” tanya Carlos.

Taylor berdecak kesal. “Seharusnya, kamu pulang ke Boston sekarang, orang-orangmu pasti membutuhkan kehadiranmu, kenapa kamu masih berada di sini?” tanya Taylor, Carlos hanya terkekeh.

“Santai saja, Taylor. Aku pemiliknya, semua keputusan ada di tanganku, lagipula Ayahku bisa mengambil alih kalau tidak ada aku. Kenapa kamu mengkhawatirkan pekerjaanku?”  balas Carlos, sambil menggeleng pelan.

“Jadi kapan kamu akan pulang ke Boston?” tanya Taylor.

“Kapan kamu mau pulang, aku akan mengikutimu. Sudah aku bilang, aku tidak akan meninggalkanmu. Di mana ada kamu, di situ ada aku.” jawab Carlos, membuat Taylor terbengong.

“Itu terlalu berlebihan.” balas Taylor, kembali menatap hamparan laut luas di hadapannya, sebentar lagi sunset.

“Tidak, itu masih belum seberapa. Aku orang yang protektif Taylor, sama seperti kakak-kakakmu.” kata Carlos.

God, aku sudah hampir gila dengan kedua saudaraku, jangan ditambah lagi.” gumam Taylor, membuat Carlos tertawa.

Carlos lalu merangkul bahu Taylor, membuat wanita itu bersandar di dada bidangnya. Taylor tidak menolak, dia menikmatinya. Saat-saat yang dia impikan sejak lama akhirnya terwujud. Dia sangat bahagia. Tapi masih banyak tantangan di depan sana.

“Ah ya, aku lupa menanyakan sesuatu padamu.” kata Carlos, Taylor menoleh.

“Apa?” tanya Taylor.

“Caitlin, Ayahku bertanya beberapa hari yang lalu. Sejak pesta ulang tahun perusahaan dan dia pulang lebih awal, Ayahku sudah curiga. Ada yang tidak beres. Apa kamu bertemu dengannya waktu itu?” tanya Carlos, Taylor terkejut dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Kenapa Carlos harus bertanya? Taylor sudah berjanji pada Caitlin. Kalau dia membuka suara, Taylor takut Caitlin malah tidak senang dan sedih. Taylor tidak punya hak, mungkin kalau Caitlin sudah siap suatu hari nanti, dia akan bilang sendiri.

“Aku tidak melihatnya sama sekali waktu itu, aku tidak melihat siapapun.” jawab Taylor. Carlos mengangguk. Mana mungkin Taylor tahu?

Taylor melepas rangkulan tangan Carlos di bahunya. Taylor mengeluarkan ponsel, lalu menautkan jari-jari tangan dia dengan jari tangan Carlos yang besar.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Carlos.

“Memotret tangan kita, aku iri ketika melihat para pasangan yang selalu menampilkan kebersamaan mereka. Romantis sekali.” jawab Taylor, sambil menyengir. Carlos terkekeh, Taylor seperti anak remaja yang baru berpacaran saja. Memang ini pertama kalinya bagi Taylor.

Taylor sangat fokus pada tampilan kamera di ponselnya. Sesudahnya, Taylor melepaskan tautan tangan mereka dan sibuk dengan benda berbentuk pipih itu. “Kamu akan memposting–nya di sosial media?” tanya Carlos.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang