PART 48

64.9K 3.9K 81
                                    

“Jadi aku belum bisa kerja hari ini?” tanya Taylor pada Carlos yang sedang bersiap-siap di hadapannya, pria itu sudah rapi dengan jas formalnya. Mereka baru tiba di Boston semalam.

Hari ini, Carlos sudah harus berangkat ke kantor. Tom benar-benar menitipkan setumpuk pekerjaannya pada Carlos, dia sengaja membuat Carlos merasakan betapa sibuknya dia seminggu ini. Pekerjaan Tom tidak hanya satu, dia masih punya pekerjaan lain—hanya orang-orang tertentu yang tahu.

“Ya, aku harus mengurus beberapa hal dulu, baru kamu bisa masuk. Untuk membunuh rasa bosanmu, aku akan menyuruh Richard mengantarmu ke mansion orangtuamu atau ke mansion orangtuaku, kamu bisa memintanya pada Richard nanti. Bukankah kamu ingin memberikan sesuatu pada mereka?” tanya Carlos tanpa menoleh, dia masih bercermin sambil membenarkan dasinya.

Taylor menghela napas, padahal dia ingin sekali bekerja. “Okay, aku akan ke mansion orangtuamu dulu baru ke mansion orangtuaku. Aku belum membongkar barang-barangku.” jawab Taylor.

Carlos menoleh, dia mendekati Taylor yang duduk di tepi ranjang dan mengelus rambutnya pelan. “Sorry, aku tidak bisa membantumu. Ayahku benar-benar keterlaluan dan aku harus menghadiri dua kali rapat hari ini. Aku akan pulang tepat waktu.” kata Carlos, mencium kening Taylor.

Taylor tersenyum, tatapannya lalu jatuh pada dasi Carlos yang belum rapi. Dia mendekati pria itu dan membenarkannya. “Sejak kapan kamu tidak bisa memakai dasi dengan benar?” tanya Taylor.

“Entahlah, mungkin setelah kamu pergi dan aku berubah menjadi kacau. Mendadak aku tidak bisa memakainya dengan benar, butuh lima belas menit sampai tiga puluh menit untuk membenarkannya.” jawab Carlos, Taylor terkejut.

“Gila! Selama empat tahun ini?” tanya Taylor, Carlos mengangguk.

“Bohong, tidak mungkin hanya memakai dasi harus selama itu.” balas Taylor tidak percaya.

“Kalau tidak percaya, tanya saja pada Richard, dia saksinya.” kata Carlos, Taylor terkekeh.

Taylor tersenyum saat melihat dasi Carlos sudah rapi, pria ini sangat tampan dengan jas formal yang selalu dipakainya. Bagaimana Taylor tidak tergila-gila padanya? Semua wanita juga akan melakukan hal yang sama, tapi Taylor yang beruntung.

“Aku berangkat dulu kalau begitu, hubungi aku kalau kamu sudah mau pergi.” kata Carlos berpamitan dan kembali mengecup kening istrinya.

“Kamu akan berangkat sendiri?” tanya Taylor.

“Dengan Richard tentu saja. Dia akan ke sini kalau kamu sudah mau pergi. Makanya telepon aku, jangan pergi sendiri. Kalau ketahuan kamu tidak akan aku izinkan lagi untuk keluar.” jawab Carlos, sekaligus memperingatkan. Taylor tersenyum.

“Tenang saja, aku akan meneleponmu. Lagipula aku masih harus beres-beres. Hari ini Richard akan bersamaku seharian, jadi jangan gila kalau tidak ada Richard di sampingmu.” balas Taylor, sambil tertawa.

Carlos mengangkat sebelah alisnya. “Untung saja Richard bukan orang asing, jadi dia aman. Hari ini dia menjadi asistenmu sehari.” kata Carlos.

Okay, berangkat sana.” kata Taylor, mendorong Carlos keluar dari kamar mereka. Dia menemani suaminya sampai ke teras. “Selamat bekerja dan tetap fokus.” pesan Taylor, memberi semangat pada Carlos. Dia belum pernah melakukan hal ini sebelumnya, tapi sekarang dia adalah istri Carlos—masih bagaikan mimpi.

Carlos tersenyum manis, dia mengecup bibir Taylor sekilas. “Aku berangkat.” kata Carlos, Taylor mengangguk. Pria itu lalu masuk ke dalam mobil, membiarkan Richard yang berkendara meninggalkan mansion mereka.

Taylor masuk kembali ke dalam, menuju kamarnya. Dia langsung mengambil koper—membongkar barang-barang yang dia beli di Bali. Dia akan memberikannya pada keluarganya yang lain, sebagian ada yang dari Carlos juga. Taylor merapikan semuanya dan membaginya secara teratur agar tidak tertukar.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang