PART 44

77.5K 4.4K 127
                                    

Hari sudah sore, Taylor sedang berada di kamar—membuka tablet milik Carlos, melihat berita apa yang ditampilkan hari ini. Akhirnya Taylor memberanikan diri untuk melihat berita yang tentunya hampir semua membicarakan pernikahan dia dan Carlos.

Banyak orang yang masih penasaran betapa mewahnya acara resepsi pernikahan yang diadakan secara tertutup, jadi media tidak bisa meliput sampai ke dalam karena keamanan yang sangat ketat. Berbeda dengan pernikahan Carlos yang pertama, media meliput semuanya.

Taylor melihat komentar-komentar dari para pengguna sosial media. Ada yang mengatakan bahwa Carlos sebenarnya tidak mencintai Veronica, makanya dia menikahi Taylor. Lalu ada juga yang mengatakan kalau Veronica lebih baik seribu kali dari Taylor. Mereka bersikap seperti ini hanya untuk mencari perhatian, Taylor tidak akan sedih dan tidak peduli.

Banyak juga yang mendukung hubungan mereka, lovers dan haters memang tak terhindar, terserah mereka mau mengatakan apa. Taylor membuka halaman lain, mencari tempat yang cocok untuk honeymoon–nya. Carlos entah sedang berada di mana bersama Richard, membicarakan pekerjaan. Carlos tetap masih libur.

Taylor terus melihat tempat-tempat indah yang tidak pernah dia kunjungi, dari sekian banyaknya tempat tatapannya terus terpaku pada Bali. Dia masih belum puas kemarin, apalagi baru satu hari di sana, dia masih ingin meng–explore tempat itu.

Tak berapa lama, Carlos masuk ke kamar, dia melihat Taylor yang sangat fokus pada layar tab di tangannya. Taylor tidak memedulikan kehadiran Carlos, pandangannya sibuk menelusuri semua tempat-tempat wisata yang ditampilkan benda pipih tersebut.

Ma chérie,” panggil Carlos, tapi tidak ada tanggapan dari Taylor. “Taylor,” panggil Carlos lagi.

“Sebentar.” balas Taylor, dahinya semakin mengkerut dalam.

Carlos kesal karena diabaikan, jadi dia langsung merebut tab itu dari tangan Taylor dan mematikannya. Taylor menghela napas dan tersenyum pada Carlos. “Ada apa?” tanya Taylor.

“Seluruh barangmu sudah Richard bawa ke sini. Besok aku akan menyuruh pelayan merapikannya.” kata Carlos, Taylor mengangguk. “Jadi sudah terpikirkan ingin ke mana?” tanya Carlos.

“Aku bingung, tapi yang aku pikirkan hanya Bali.” jawab Taylor, Carlos lalu membuka tab–nya dan melihat berbagai tempat wisata yang ditampilkan.

Carlos mengangguk kecil. “Sepertinya kita memang harus kembali ke Bali. Maldives sudah pernah dikunjungi oleh Pamanku—Gabriel, saat honeymoon–nya. Lalu Santorini, orangtuaku juga honeymoon di sana. Jadi kita harus ke Bali.” kata Carlos, mendengar perkataannya Taylor terkekeh.

“Jadi kamu tidak mau ke tempat yang sudah mereka pijaki untuk honeymoon?” tanya Taylor, Carlos mengangguk—tidak berbohong, dia mau yang berbeda dari orang-orang terdekatnya.

“Lalu saat pernikahan pertamamu, kalian ke mana?” tanya Taylor lagi, seketika wajah Carlos berubah menjadi datar.

“Apa kita harus membahas hal itu?” tanya Carlos balik, Taylor terkekeh melihat ekspresinya yang menunjukkan rasa tidak suka secara terang-terangan. Lagipula dia sendiri yang bersikeras untuk menikahi yang pertama itu.

“Jawab saja!” pinta Taylor.

Venice, Italy.” jawab Carlos. Taylor terbelalak.

“Tempat itu bagus, walau aku tidak pernah ke Italy.” kata Taylor.

“Dan sebaiknya kita tidak usah menginjakkan kaki ke sana sampai kapanpun.” timpal Carlos.

Taylor tahu segala sesuatu yang berkaitan dengan pernikahan pertama Carlos, tidak akan pernah dia sentuh lagi. Kecuali mansion tempat tinggalnya dulu, itupun dia pindah ke kamar tamu. Dia tidak akan mau menempati kamar utama lagi setelahnya. Sekarang dia berniat menjual mansion pertamanya dengan harga fantastis.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang