PART 24

95.4K 6.4K 178
                                    

Boston Logan International Airport.
07.00 A.M.

Taylor turun dari mobil bersama kedua kakaknya yang mengantar dia ke airport. Taylor hari ini akan melakukan perjalanan ke Bali untuk liburan, sendirian. Scott dan Alastair awalnya tidak setuju, tapi Taylor sudah dewasa, mereka mulai sadar tidak boleh terus mengekang Taylor. Victor dan Cordelia memilih tinggal di mansion, membiarkan dua putra mereka yang mengantar Taylor setelah berpamitan.

“Kamu yakin?” tanya Alastair yang masih belum yakin melepaskan Taylor pergi lagi, terlebih sendirian. Dia takut nanti adiknya tersesat di sana, walau tidak mungkin.

“Tentu saja, aku sudah siap. Jangan mulai lagi Alastair!” peringat Taylor.

“Boleh kami ikut?” tanya Scott.

“Tidak boleh! Kalian kerja saja sana. Aku tidak apa-apa. Aku sudah berusia dua puluh sembilan tahun dan bisa jaga diri, kalian tenang saja. Aku akan menelepon setiap saat, bahkan setiap detik, okay?” balas Taylor, berusaha meyakinkan kedua saudaranya. Ini saat yang paling tidak dia sukai.

“Kamu pergi bukan karena Carlos lagi bukan? Sejak pulang bersamanya hari Natal kemarin, kamu terlihat banyak pikiran,” Scott memang peka, tapi Taylor hanya tersenyum dan menggeleng.

“Tidak ada hubungannya dengan Carlos.” bohong, salah satu alasannya ingin pergi memang karena Carlos. Tetapi, perjalanan ke Bali sudah masuk ke dalam rencananya sejak lama. “Aku sudah membuat rencana ini sejak lama, aku mau merayakan tahun baruku di luar.” kata Taylor, lalu memakai kacamata hitamnya.

Scott dan Alastair hanya dapat menghela napas. Mereka tidak punya hak untuk melarang Taylor, itu yang harus mereka ingat mulai sekarang. “Ya sudah, pergi sana!” pinta Scott, terkesan mengusir.

“Kamu mengusirku?” tanya Taylor, datar.

Scott mengangkat tangan dan menunjuk jamnya. “Waktu, Taylor. Kalau saja bukan pesawat pribadi, kamu sudah sangat telat.” jawab Scott.

Taylor tersenyum lebar, dia lalu mendekati Scott dan mencium pipinya, hal yang sama dia lakukan pada Alastair. “Bye... aku akan mengirim gambar liburanku pada kalian.” kata Taylor, sambil melambaikan tangan dan masuk ke dalam airport sambil menyeret kopernya.

Scott dan Alastair terdiam, sudah lama Taylor tidak mencium mereka, ini hal yang mengejutkan. “Menurutku, dia pergi memang karena keinginannya sendiri, bukan karena Carlos. Kalau karena pria itu, aku akan hajar dia sekarang.” kata Alastair.

“Ya, sifatnya mulai kembali seperti dulu—ceria setelah bertemu Carlos. Pengaruh Carlos pada Taylor, mungkin cukup berdampak bagus padanya.” balas Scott.

“Ayo, kita pulang.” ajak Alastair, mereka memasuki mobil dan meninggalkan airport.

Tak jauh dari tempat Scott dan Alastair berdiri tadi, seseorang sedang memantau mereka dari jauh, pria berpakaian formal itu langsung menghubungi seseorang. “Sir, Ms.William sudah memasuki airport, pesawatnya akan berangkat sebentar lagi.” kata orang itu.

Ke mana tujuannya?

“Bali, Indonesia.” jawab orang itu. Jadwal penerbangan Taylor memang tidak bisa dilihat dan bersifat privasi, tetapi melalui tangan yang ahli—mereka bisa mengaksesnya lebih cepat.

“Thank you, kau bisa kembali.” kata orang di seberang sana—dia sedang berkomunikasi melalui earpiece¹ tersembunyi. Orang tersebut langsung berlalu dari airport.

Di tempat lain, Richard baru saja mengakhiri sambungan dengan salah satu orang yang diperintahkan Carlos untuk mengikuti Taylor. Asisten Carlos itu menghampiri tuannya, untuk melaporkan informasi ini.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang