PART 27

97K 5.8K 145
                                    

Pagi hari, Taylor bangun dari tidur dengan senyum yang terukir pada wajahnya. Dia duduk sebentar, masih dengan mata terpejam—mengumpulkan nyawa. Setelah itu, dia bangkit dan membuka pintu kaca di depan.

Pandangan Taylor turun—menatap cincin yang tersemat di jari manisnya. Dia tidak sedang bermimpi semalam, dia benar-benar menerima lamaran Carlos. Taylor mengelus berlian biru sapphire itu, semuanya masih terasa seperti mimpi.

Taylor sudah lelah bertarung dengan batin dan pikirannya. Tanpa pikir panjang, dia langsung memutuskan. Memang sudah saatnya dia meraih kebahagiaan. Ketika Carlos membuka pintu itu lebar-lebar, tidak boleh dia sia-siakan lagi. Masalah yang lain akan mereka selesaikan nanti.

But, Taylor tetaplah Taylor, ada sedikit keraguan yang dirasakannya. Apakah hubungan ini akan berjalan lancar? Tentu saja tidak, semua hubungan pasti ada tantangan yang harus dihadapi dan Taylor akan berusaha untuk bertahan. Dia akan membuat Carlos bahagia bersamanya, dia juga akan membahagiakan dirinya sendiri.

Taylor harus mengembalikan kepercayaan diri lagi dan menguatkan mentalnya. Bersama Carlos tidaklah mudah, pria itu dikelilingi orang-orang berpengaruh di sekitarnya. Terlebih lagi dunia Carlos sangat terbuka, media selalu mengikuti setiap langkah pria itu. Taylor sebenarnya sudah terbiasa, dia pernah menjadi pengikut Carlos dulu—sekretarisnya.

Setelah sekian lama tidak melihat kamera, membuat Taylor sangat gugup dan takut ketika dia diliput. Salah satu alasan yang sudah Taylor siapkan untuk Carlos kalau dia bertanya tentang lamaran lagi, tapi ternyata Carlos sudah tahu alasan dia yang sebenarnya.

Taylor menoleh ke belakang, ketika mendengar pintu terbuka. Kenapa Carlos selalu seenaknya? Seharusnya pihak resort tidak boleh memberi kunci tempat tinggalnya pada Carlos. Tapi karena kekuasaan, Carlos bisa mendapatkan yang dia inginkan.

Carlos masuk dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya. Sepanjang jalan menuju kamar Taylor tadi, dia tidak bisa menghilangkan senyumannya. Betapa bahagianya dia, bahkan pelayan dan turis yang lewat tidak dapat mengalihkan pandangan mereka dari Carlos, terpesona dengan ketampanannya.

Taylor tersenyum, Carlos mendekati dia dan langsung menghadiahkan kecupan di kening Taylor. Akhirnya, Carlos bisa mendapatkan Taylor. Percayalah, setiap kali menyukai wanita dan melamar mereka, Carlos harus ditolak dulu beberapa kali, baru dia bisa mendapatkannya—tentu saja wanita yang serius dan tidak berpura-pura menolak. 

Carlos seperti ditantang ketika ada yang menolaknya. Salah satunya Taylor, tapi sekarang dia sudah mendapatkannya. “Morning.” kata Carlos.

Morning.” balas Taylor.

Taylor melihat penampilan Carlos yang sudah rapi, dia memakai model pakaian yang sama seperti kemarin—kemeja dan celana panjang. “Apa hanya kemeja dan celana panjang yang kamu bawa? Aku tidak melihat kamu memakai baju lain,” tanya Taylor.

Carlos menatap penampilannya sejenak dan mengangkat bahu. “Persetan, bukan aku yang menyiapkan ini semua. Aku terburu-buru waktu berangkat, karena ingin mengejarmu dan menyuruh Richard yang menyiapkan semuanya.” jawab Carlos.

Taylor tersenyum dan mengangguk saja. Jujur, dia masih merasa canggung saat ini, mengingat hubungan mereka yang lucu sebelumnya. Kalau sampai diketahui media itu sangat memalukan. Berawal dari pesta sampai lamaran semalam, semua yang terjadi antara Taylor dan Carlos sangat konyol.

Tak berapa lama pelayan datang membawa makanan, Carlos membuka pintu dan membiarkan mereka masuk. Taylor dan Carlos menuju gazebo, membiarkan pelayan meletakkan berbagai macam makanan di sana, beserta buah-buahan. Setelahnya pelayan tersebut keluar.

“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan nanti.” kata Carlos, membuat Taylor yang sedang mengunyah potongan apel terdiam sejenak, lalu mengangguk.

“Boleh, kamu akan membawa orang-orangmu?” tanya Taylor.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang