PART 39

63.3K 4.7K 273
                                    

Mau double up lagi, challenge–nya tetap ada:
Vote : 700
Comment : 100 lbih....

Aku tunggu sampai malam, kalau gak lanjut besok 😁😆

Thank you :)

🍸🍸🍸

Taylor memijit jari-jarinya pelan, dia duduk di tepi ranjang. Ada hal yang harus dia beritahu pada Cordelia. Dia tidak mungkin menyembunyikan hal ini selamanya bukan? Dia ingin Cordelia tahu tentang penyakit PCOS–nya.

Besok adalah hari pernikahannya, Taylor jadi susah tidur karena terlalu gugup menghadapi hari esok. Cordelia pasti akan mengeceknya apa sudah tidur atau belum, jadi Taylor sedang menunggu Cordelia dan akan menceritakan semuanya. Dia merasa tidak tenang kalau terus memendam dan mengabaikan ucapan Carlos tempo hari—yang menyuruh dia untuk tidak memberitahu orangtuanya.

Taylor menatap jam dinding yang baru menunjukkan pukul 21.00. Tak berapa lama Cordelia masuk ke dalam. “Taylor, kamu belum tidur?” tanya Cordelia, sambil berkacak pinggang.

Taylor tidak merespon, dia bangkit dan menghampiri Cordelia, lalu menarik Ibunya duduk di sofa. “Ada apa?” tanya Cordelia, merasa aneh dengan tindakan Taylor.

“Ada sesuatu yang ingin aku katakan, Mom.” kata Taylor, seharusnya dia menceritakan semua ini di depan seluruh anggota keluarganya, tapi dia terlalu takut. Dia hanya bisa bercerita pada Cordelia.

Kalau Scott atau Alastair yang mendengar, pasti mereka akan terbawa emosi dan memarahinya karena sudah menyembunyikan hal sebesar ini. Taylor sangat benci ketika melihat saudara-saudaranya itu marah. Kalau Victor, mungkin akan menanggapi dengan kata-kata bijaknya, tetapi Taylor lebih suka bercerita pada Cordelia.

“Apa itu?” tanya Cordelia, menunggu apa yang ingin dikatakan Taylor.

Actually, aku memiliki penyakit di dalam tubuhku. PCOS.” jeda Taylor sejenak, melihat reaksi Cordelia yang terkejut mendengar perkataannya. “Gangguan hormon, menstruasiku tidak pernah berjalan lancar.” lanjutnya lagi pelan-pelan, dia khawatir karena Cordelia tidak bersuara sama sekali.

“PCOS?” tanya Cordelia pelan, Taylor mengangguk.

“Aku melakukan pengecekan ke Dokter, setelah menyelesaikan ujian tesisku di semester akhir kuliah. Menstruasiku sangat tidak lancar, lalu vonis itu keluar dan Dokter mengatakan aku menderita PCOS. Gangguan itu juga membuatku susah hamil.” jelas Taylor, matanya mulai berkaca-kaca ketika mengatakan kalimat terakhirnya.

“Kenapa kamu baru bercerita sekarang?” tanya Cordelia, air mata Taylor berhasil mengalir detik itu juga. “Kita bisa berobat sejak lama kalau kamu bilang sejak awal.” kata Cordelia, dia merasa terkejut, kecewa, dan sedih karena Taylor baru mengatakan hal ini padanya.

“Aku terlalu takut, aku sangat takut. Itu sebabnya aku tidak mau mendekati pria manapun, itu sebabnya aku menolak Carlos ketika dia melamarku di awal. Aku tidak pantas. Aku tidak bisa memberikan keturunan untuknya.” kata Taylor dengan suara serak.

Cordelia menghela napas sambil memejamkan mata. Dia menarik Taylor ke dalam pelukannya dan memeluk putrinya itu erat. “Lalu Carlos? Dia tahu?” tanya Cordelia, Taylor mengangguk.

“Ketika dia mengejarku ke Bali, dia mengungkapkan semuanya. Dia ternyata sudah lama mengetahuinya, hanya saja dia tidak bilang. Pria itu... berhasil meyakinkanku untuk bertahan dan menyembuhkan penyakit ini, membuatku menerima lamarannya. Tidakkah dia terlalu baik, Mom?” balas Taylor, dia takut tidak bisa memberikan keturunan pada Carlos.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang