PART 51

64.9K 4.2K 161
                                    

Taylor membuka mata dua jam kemudian, setelah pingsan. Hal pertama yang dia lihat adalah ruangan serba putih dan terasa asing. Taylor menoleh ke sebelahnya dan melihat Carlos yang sedang duduk di sofa sambil memejamkan mata.

“Carl....” panggil Taylor pelan, Carlos terkejut. Dia langsung menghampiri Taylor.

“Syukurlah kamu sudah bangun, apa ada yang sakit?” tanya Carlos, khawatir.

Taylor menggeleng pelan. “Hanya sedikit pusing.” jawabnya.

Carlos menghela napas lega, lalu duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang. Taylor menatap sekelilingnya, dia baru sadar kalau ini adalah ruang rawat rumah sakit. “Apa terjadi sesuatu padaku?” tanya Taylor, Carlos menggeleng.

“Tidak, Dokter bilang kamu hanya kelelahan.” jawab Carlos, menatap Taylor lama, tatapannya sulit diartikan.

Taylor mengernyit. “Kenapa kamu menatapku seperti itu?” tanyanya.

“Kapan terakhir kamu menstruasi?” tanya Carlos.

“Sudah satu bulan lebih ini aku tidak menstruasi. Mungkin telat.” jawab Taylor, Carlos mengangguk paham.

“Sepertinya kita harus ke dokter kandungan, kalau kamu tidak keberatan.” kata Carlos.

“Kenapa kita harus ke dokter kandungan, aku tidak apa-apa.” balas Taylor.

“Dokter yang memeriksamu tadi menduga kamu sedang hamil. Kalau kamu tidak keberatan kita bisa ke dokter kandungan besok, hanya untuk memeriksa.” kata Carlos, Taylor menghela napas, tatapannya tertuju pada langit-langit kamar.

“Hasilnya sudah pasti negatif, tadi pagi aku sudah mengeceknya. Tidak mungkin aku hamil.” balas Taylor, raut wajahnya kembali terlihat sedih.

“Hasil testpack tidak selalu akurat, kita harus mencobanya. It’s okay kalau hasilnya masih negatif. Aku tidak peduli, aku hanya menginginkan kamu di sisiku, Ma chérie.” kata Carlos, mengangkat sebelah tangannya dan mengelus rambut Taylor lembut.

“Aku... hanya takut. Aku tidak mau terlalu berharap.” kata Taylor, suaranya mulai serak, air mata sudah mau keluar.

Carlos mengembuskan napas, dia mendekat dan memeluk Taylor. “Aku tidak akan memaksa kalau kamu tidak mau.” kata Carlos, Taylor hanya terdiam.

Carlos melepaskan pelukan mereka, menatap wajah Taylor, lalu mengecup bibirnya. “It’s okay, tidak usah terlalu dipikirkan.” kata Carlos lagi, menenangkan Taylor yang sudah pasti pikirannya dipenuhi berbagai hal buruk—hal yang paling ditakutinya.

“Baiklah, aku akan pergi ke dokter kandungan denganmu besok.” kata Taylor tiba-tiba.

“Aku tidak mau, kalau kamu merasa terpaksa.” balas Carlos, Taylor menggeleng.

“Aku serius, aku tidak merasa terpaksa. Aku juga ingin tahu tentang kondisi tubuhku.” kata Taylor, Carlos akhirnya mengangguk.

“Tapi berjanjilah satu hal padaku, jangan memendam semuanya sendirian, apapun hasilnya nanti. Bicaralah, aku akan selalu berada di sisimu, aku tidak akan pergi kemanapun. Tidak akan lagi setelah semua yang aku lakukan.” kata Carlos.

Taylor tersenyum dan mengangguk. Dia kembali memeluk Carlos, mengalungkan lengan di leher suaminya erat sambil memejamkan mata. Merasakan aroma maskulin yang menguar dari tubuh Carlos, terasa sangat menenangkan.

“Aku mencintaimu....” bisik Carlos, Taylor hanya membalas dengan gumaman. Dia harap saat-saat seperti ini tidak akan pernah hilang, selamanya. Taylor ingin Carlos selalu berada di sisinya, dalam keadaan apapun.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang