PART 54

57.2K 3.7K 144
                                    

Tiga bulan kemudian....

Perut Taylor sudah terlihat membuncit. Dia terus menatap pantulan diri sendiri di cermin, posisi tubuhnya miring agar dia dapat melihat seberapa besar perutnya. Taylor setiap bulan melakukan USG untuk mengetahui kondisi bayinya, tetapi tidak untuk mengetahui jenis kelamin, karena Carlos ingin menunggu sampai usia kandungan Taylor tujuh bulan dulu. Dia ingin menjadikannya sebagai surprise.

Taylor tersenyum sambil mengelus perut dia. Sebenarnya, Taylor penasaran, dia ingin melakukan USG untuk melihat jenis kelamin bayinya, tapi di sisi lain dia juga sangat ingin mengikuti keinginan Carlos.

Carlos baru keluar dari kamar mandi, dia melihat Taylor yang sedang bercermin sambil melihat perutnya. Pria itu tersenyum. Dia mendekat dan mengelus perut buncit Taylor lembut. “Apa ada yang sakit?” tanya Carlos, Taylor menggeleng.

“Tidak, aku baik-baik saja. Hanya saja... aku penasaran dengan jenis kelamin bayi kita.” jawab Taylor, sambil menatap ke cermin.

“Kamu mau melakukan USG?” tanya Carlos.

“Tapi nanti surprise–nya gagal, tidak usah. Kondisi bayinya juga baik-baik saja. Makananku terkontrol berkat Ibu-Ibu kita.” jawab Taylor sambil terkekeh, Cordelia dan Alana sangat sering datang ke sini untuk melihat keadaannya.

Taylor senang karena banyak orang yang perhatian padanya. Carlos juga selalu pulang tepat waktu, dia juga tidak betah lama-lama di kantor. Kadang dia pulang lebih awal kalau tugasnya sudah selesai. Tunggu kelahiran bayi pertama ini, maka kebahagiaan mereka akan semakin lengkap.

Carlos terkekeh, kondisinya masih telanjang dada dengan handuk yang melilit dari pinggang sampai ke lutut. Dia lalu menyejajarkan wajahnya di depan perut Taylor. “Good morning, my baby.” sapa Carlos, mengelus lembut perut Taylor dan mengecupnya.

Taylor tidak bisa menyembunyikan senyuman dia setiap kali melihat Carlos bertingkah seperti ini. Carlos menjadi sangat lembut, dia sangat menyayangi bayi mereka yang ada di dalam perut Taylor. “Jangan menyusahkan Mommy selama Daddy bekerja, okay?” kata Carlos, kembali mengecup permukaan perut Taylor.

Taylor terkekeh. “Okay, Daddy.” jawab Taylor, menyerupai suara anak kecil.

Selama empat bulan lebih ini untung saja kehamilan Taylor tidak terlalu berat. Yang paling Taylor syukuri adalah dia tidak mual-mual seperti wanita hamil kebanyakan. Kalau ngidam, kadang tengah malam dia selalu membangunkan Carlos untuk memasakkan sesuatu.

Carlos pasti akan bangun dengan mata setengah terpejam, sambil turun ke bawah—menuju dapur. Kadang Taylor khawatir kalau Carlos jatuh dari tangga karena tidak melihat jalannya. Setelah selesai memasak, pria itu akan menunggu Taylor selesai menghabiskan semuanya. Selama itu, dia berusaha untuk tidak terlelap.

Carlos bangun dan mengecup bibir Taylor. Lalu masuk ke dalam walk in closet untuk memakai pakaian, dia akan berangkat kerja sebentar lagi. Taylor kembali menatap perutnya pada pantulan cermin. “Mommy love you.” bisik Taylor.

Setelah puas memandang perut, Taylor memasuki walk in closet, melihat Carlos yang sedang memakai kemejanya. Taylor melihat jas Carlos yang berwarna navy, dia lalu membantu Carlos memakai jas tersebut.

“Aku akan pilihkan dasimu.” kata Taylor, berjalan menuju laci yang tersusun rapi berbagai macam motif dasi milik Carlos.

Taylor mengernyit melihat dasi Carlos yang hampir sama semua warnanya—gelap, lebih didominasi warna hitam. “Sepertinya kamu harus membeli dasi baru, warnanya sama semua.” kata Taylor, mengambil salah satu benda itu dan mendekati Carlos.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang