PART 31

80.3K 5.1K 158
                                    

Carlos dan Taylor tiba di Boston hari selanjutnya, pada saat jam sudah menunjukkan hampir pukul tengah malam. Carlos membawa Taylor pulang ke mansionnya. “Sebaiknya kita bicarakan hal ini dengan keluargamu besok, keluargaku juga.” kata Carlos.

Taylor mengangguk. “Ya, hari sudah malam dan aku tidak bisa tidur lagi.” balas Taylor. Selama perjalanan tadi sudah tiga kali Taylor tidur, Carlos sampai betah menatap wajah wanitanya yang tertidur. Wanitanya.

Carlos menggenggam tangan Taylor dan mengecupnya. Taylor adalah wanitanya sekarang dan Carlos akan membuat dia tetap tinggal di sampingnya. Besok, mereka harus mendapatkan restu dari kedua pihak keluarga agar bisa lanjut ke tahap yang serius.

Sampai di mansion besar milik keluarga William, Taylor turun dari mobil. Carlos membuka jendela dan berkata, “Aku akan menemuimu besok.” Taylor mengangguk, lalu dia melambaikan tangannya pada Carlos sambil terkekeh.

Carlos juga terkekeh melihat tingkah Taylor, akhirnya wanita ini bisa ceria lagi seperti dulu. Beban Taylor mungkin sudah terangkat sebagian besar ketika Carlos mengetahui tentang penyakit yang ada pada dirinya dan juga menerima dia apa adanya. Taylor berhak bahagia dan Carlos akan berusaha membahagiakan Taylor.

Taylor belum masuk, dia menunggu di depan pintu—melihat kepergian mobil Carlos. Setelah mobil itu sudah hilang dari pandangannya, Taylor hendak menekan bel. Tapi pintu sudah terbuka lebih dulu, tampaklah seluruh anggota keluarganya di sana.

“Hai,” sapa Taylor, sambil tersenyum manis.

Cordelia mendekati Taylor dan memeluk dia. “Baru beberapa hari, Mom sudah merindukanmu. Ayo masuk.” kata Cordelia, menarik Taylor masuk, meninggalkan yang lain.

“Kenapa Mom belum tidur? Ini sudah sangat malam,” kata Taylor, melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tengah malam—dua belas. Jarak airport ke mansionnya memang cukup jauh.

“Sebentar lagi,” jawab Cordelia. Merasa ada sesuatu yang janggal, Cordelia langsung mengangkat tangan kiri Taylor yang dia genggam.

Cordelia terkejut melihat ada sebuah cincin bertahtakan berlian biru sapphire yang tersemat di jari manis Taylor. “Astaga... apa ini?” tanya Cordelia, antusias. Hal itu memancing perhatian Ayah dan kakak-kakak Taylor juga.

Mereka semua mendekat, Scott dan Alastair terkejut, sedangkan Victor hanya tersenyum. “Ehm, besok saja aku ceritakan.” kata Taylor.

“Tidak, tidak, ceritakan sekarang. Mom tidak bisa tidur kalau kamu belum cerita.” kata Cordelia, masih menatap cincin Taylor yang sangat indah. Sudah pasti pemberian dari Carlos Reynalds.

“Menyenangkan sekali bisa bersama Carlos, pria ini sangat tahu selera wanita.” kata Cordelia, menyindir pria-pria yang berdiri di sebelahnya. “Kamu tahu, cincin bertahtakan berlian biru sapphire ini terbatas dan baru launching beberapa hari yang lalu.” lanjut Cordelia.

Taylor tidak terkejut lagi, karena ini pemberian dari Carlos Reynalds. Sampai kapanpun Taylor juga tidak mau tahu harga benda ini. “Carlos memang selalu mengejutkan.” balas Taylor, sambil tersenyum kecil.

Cordelia kembali menarik putrinya dan membawa dia ke ruang tamu. “Dia melamarmu?” tanya Cordelia, Taylor langsung mengangguk.

Di luar dugaan Scott dan Alastair, Taylor terlihat sangat senang, mereka seperti kembali bertemu dengan Taylor beberapa tahun yang lalu. Seorang Carlos Reynalds memiliki pengaruh yang besar bagi hidup Taylor.

“Melamarmu sebagai kekasihnya?” tanya Alastair, dia sebenarnya geram. Tapi melihat Taylor yang bahagia, dia tidak tega mengacaukannya.

“Emm... tidak.” jawab Taylor.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang