PART 46

68.2K 4.6K 290
                                    

Carlos dan Taylor berjalan di bibir pantai, syukurlah pantai ini tidak terlalu ramai dan Taylor sangat menyukai tempat yang tidak banyak orang, lebih menyenangkan karena tidak ada pengganggu. Terlebih media.

Carlos tidak melepaskan genggamannya dari Taylor, mereka memakai kacamata hitam—menghalau silaunya cahaya matahari yang mengenai mata mereka. Taylor masuk ke dalam air, menendangnya hingga terciprat ke arah Carlos.

Taylor terkekeh. “Sorry.” katanya.

Carlos tersenyum miring, dia balik mencipratkan air ke arah Taylor, membuat wanita itu terpekik kecil. Taylor membalas, begitupun sebaliknya, terus seperti itu. Apa yang sedang dilakukan pasangan itu, diperhatikan oleh Richard dari jauh. Asisten Carlos itu tersenyum miring, ini pertama kalinya dia melihat Carlos seperti itu—konyol.

Selama ini Carlos yang Richard kenal sangatlah tegas, dingin, orang yang rapi, profesional, perfeksionis, dalam menjalankan pekerjaannya. Di luar itu, seperti yang mereka tahu sebelumnya—masalah percintaan yang rumit. Hanya sekali dia melihat Carlos gegabah, empat tahun yang lalu. Sekarang, dia melihat Carlos yang konyol, sedikit menghibur Richard dan para bodyguard.

Taylor tidak tahan lagi, dia lalu kabur sambil berlari, meninggalkan Carlos. Tentu saja Carlos tidak akan membiarkannya lari begitu saja, Carlos mengejar Taylor di sepanjang bibir pantai itu, diiringi tawa mereka. Seperti anak remaja saja, tapi sangat menyenangkan.

Taylor memelankan larinya karena sudah lelah, sebuah tangan berhasil meraih dan memeluk dia dari belakang. “Kena kau!” kata Carlos, Taylor terkikik geli.

Taylor melepaskan diri dari Carlos dan masuk ke air lagi, mencipratkan air laut ke arah suaminya. Kapan lagi dia bisa mengerjai Carlos? Ini satu-satunya kesempatan untuk Taylor. Carlos mendekati Taylor, menghentikan permainan istrinya yang sangat suka mengerjai dia. Baju Carlos sudah basah sebagian.

Carlos memeluk Taylor erat, agar dia tidak bisa bergerak ke mana-mana. Carlos membawa istrinya ke atas pasir dan duduk di pinggir pantai. Napas mereka terengah-engah, karena habis berlari tadi. Tiba-tiba Taylor terkekeh.

“Kenapa?” tanya Carlos.

“Aku senang bisa mengerjaimu, kapan lagi bisa mengerjai Carlos Reynalds? Kalau media melihatnya, bisa heboh. Karena Carlos Reynalds tidak pernah terlihat konyol seperti itu, orang-orang mengenalmu sebagai pribadi yang dingin, tegas, dan perfect.” jawab Taylor, Carlos terkekeh.

“Memang itu yang harus aku tampilkan di depan mereka. Hanya padamu aku bisa bersikap konyol, kamu berhasil mengubahku menjadi pribadi yang lebih bersahabat, sejak dulu. Hanya padamu dan orang-orang terdekatku, aku bisa bersikap santai.” balas Carlos, Taylor tersenyum.

“Ketika kamu pergi selama empat tahun kemarin, aku merasa kehilangan. Aku kembali bersikap dingin, termasuk pada keluargaku, frustasi karena tidak dapat menemukan dirimu dimanapun—Tentu saja, Ayahku dan kakakmu menghalangiku. Setiap ada seseorang yang berbuat salah di perusahaan, walau hal sepele, aku langsung memecat mereka. Aku mulai sadar kalau kamu sangat berpengaruh bagi hidupku.” cerita Carlos panjang lebar, Taylor dengan senantiasa mendengarnya.

“Aku merasa kita sama-sama diberi kesempatan untuk bersama.” kata Taylor.

Carlos mengangguk. “Ya, dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku akan selalu mencintaimu Taylor, menemanimu di saat apapun itu, sesuai yang aku ucapkan pada saat janji suci kita. Aku akan terus bersamamu Taylor. Kejujuran dan kepercayaan dalam sebuah hubungan adalah yang paling utama. Aku percaya padamu, apapun itu.” kata Carlos, dia menggenggam tangan Taylor dan menciumnya.

Taylor terharu, dia bersyukur karena dicintai oleh pria yang juga dia cintai. Jalan hidup ini memang tidak mudah, tidak ada yang mulus, ini masih awal. Di depan sana, banyak tantangan yang harus dihadapi mereka.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang