PART 14

118K 7.8K 254
                                    

“Sudah kubilang, Carlos akan mengundangmu.” kata Scott, sambil duduk di sofa, memandang wajah Taylor yang kesal. “Jadi?” tanya Scott.

Taylor menatap Scott tajam. “Apanya yang jadi?” tanyanya.

“Kamu akan pergi menggantikan aku.” kata Scott, Taylor mengembuskan napas.

“Dia bilang akan menjemputku. Aku sebenarnya tidak mau pergi, kamu tahu aku benci media, hidup Carlos selalu dikelilingi mereka. Bahkan tadi di mall aku dikejar!” kata Taylor, masih kesal mengingat kejadian tadi pagi.

Scott terkekeh. “Makanya, pastikan tidak ada paparazzi di sekitarmu, baru menemui Carlos.” balasnya.

Impossible, Carlos dan media tidak akan bisa dipisahkan sampai mati. Lagian pertemuan tadi pagi itu cuma kebetulan.” balas Taylor, Scott mengangguk—membenarkan.

Indeed, dia sangat terkenal. Ditambah dia kaya dan menduduki posisi satu di dunia bisnis. Kalau tidak ada media, orang-orang tidak bisa mengenalnya.” balas Scott.

“Ah ya, aku mau tanya. Benarkah empat tahun yang lalu kamu memukul Carlos?” tanya Taylor.

“Ya, aku menonjok wajahnya hingga hidungnya berdarah. Itu pembalasan yang setimpal karena menyakitimu. Aku berharap ketampanannya sedikit berkurang, tapi tetap saja. Dia Carlos Reynalds.” jawab Scott, terkekeh geli.

“Kamu datang ke perusahaannya?” tanya Taylor.

“Aku tidak akan membuang waktuku. Saat dia bercerai dari mantan istrinya—pasti bajingan itu sudah memberitahumu kalau dia bercerai. Dia datang ke sini, ingin menemuimu, tapi kamu tidak pernah kembali ke Boston. Carlos ingin meminta maaf, karena baru menyadari kebodohannya—itu bukan pertama kalinya dia datang untuk mendapatkan maafmu. Jadi sebagai gantinya, aku memukul wajahnya.” jelas Scott.

Taylor sampai melamun mendengar cerita Scott, dia tidak tahu kalau Carlos seniat itu hanya untuk mendapatkan maafnya. “Berapa kali kamu menonjok wajahnya?” tanya Taylor.

You’re curious, masih perhatian padanya? Sudah kuduga Carlos tidak pernah menghilang dari kepalamu. Singkatnya, setiap kali dia datang, aku selalu menonjok wajahnya. Aku sudah lupa berapa kali, suatu kehormatan bisa menghajar Carlos Reynalds.” balas Scott.

“Aku sudah melupakannya, kalau kamu tidak mengungkit nama dia. Harusnya kamu juga mengajakku menonjoknya waktu itu.” balas Taylor.

Really? Kamu mau melakukannya? I don’t think so. Ah ya, aku membebaskan tugasmu, Taylor. Sudah diputuskan kamu tidak akan kemana-mana dan tetap tinggal di Boston.” mata Taylor terbelalak lebar seketika. Terkejut.

What?! Kenapa kamu melakukannya? Aku masih ingin bekerja.... Siapa yang menggantikan aku?” tanya Taylor.

“Orang yang aku kirim ke sana, kamu sudah bertemu dengannya sebelum naik pesawat, kan?” tanya Scott, sekaligus menjawab pertanyaan Taylor.

Taylor hanya bisa pasrah, dia tidak kembali ke Paris lagi setelah ini. Sebenarnya tidak apa-apa, tidak ada yang perlu dia hindari lagi. Kondisi hatinya sudah lebih membaik, tapi dia takut nanti—di masa yang akan datang, dia kembali tersakiti.

“Jangan banyak pikir Taylor, istirahatlah. Aku akan kembali ke kamarku.” suruh Scott, lalu keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan Taylor sendirian.

Taylor membaringkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar. Apakah keputusan yang diambilnya sudah tepat kali ini? Dia takut di masa depan Carlos akan menemukan wanita yang tepat untuknya, Taylor akan kembali tersakiti.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang