PART 20

123K 6.8K 182
                                    

Sore hari, Scott dan Alastair memasuki lift, menuju unit apartemen Taylor, mereka menjemput wanita itu pulang ke mansion. Setelah Scott mendengar cerita Alastair—kalau Taylor seharian ini bersama Carlos di apartemen pria itu. Dia langsung memutuskan untuk membawa Taylor pulang, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Para awak media yang tadi pagi berkumpul di depan gedung ini sudah pergi, diusir oleh segudang bodyguard Carlos. Hal tersebut sangat mengganggu orang-orang yang tinggal di sini, jadi pihak gedung juga ikut membantu. Media itu pasti sudah menerima surat tuntutan dari pemilik gedung.

Sampai di lantai yang mereka tuju, Scott dan Alastair langsung menelusuri lorong. Mereka tidak heran lagi ketika melihat beberapa bodyguard berdiri di depan unit apartemen yang berseberangan dengan apartemen Taylor. Unit apartemen milik Carlos Reynalds.

Para bodyguard itu menatap Scott dan Alastair tajam, kebetulan sekali mereka tidak memakai kacamata. Scott dan Alastair balik menatap mereka tajam. Kedua pria itu lalu menekan bel apartemen Taylor. Tapi tidak ada tanda-tanda kalau pemiliknya akan keluar.

Alastair menekan untuk yang kedua kalinya, tetap saja. Hampir satu menit tidak ada yang keluar. “Dia ada di sana.” kata Scott, mendekati apartemen Carlos, tapi malah dihalangi bodyguard.

“Beritahu tuan kalian, Scott William sedang menunggunya!” pinta Scott, menatap pintu di depannya tajam.

Para bodyguard itu tidak melaksanakan perintah Scott. “Tunggu apa lagi?! Suruh tuan kalian keluar, adik kami ada di dalam sana!” pinta Alastair ketus.

Salah satu bodyguard lalu menghubungi Richard, untuk memastikan. Richard terkejut dan langsung menemui Carlos yang masih duduk di ruang tamu bersama Taylor. “Sir, ada Scott William dan Alastair William di depan.” kata Richard.

Taylor terkejut. “Gawat.” gumamnya.

Taylor langsung berlari ke pintu utama dan membuka benda itu tanpa menunggu Carlos. Taylor menyengir ketika melihat kedua kakaknya yang sedang dihalangi para bodyguard, tersenyum manis padanya—senyum palsu.

“Apa yang sudah kamu lakukan di dalam sana?” tanya Scott, raut wajahnya kembali datar, kedua tangan dilipat di depan dada.

“Aku—”

“Jangan bilang kamu kembali bersentuhan dengannya.” potong Alastair, menatap tajam Taylor.

“Berani sekali dia menciummu!” kata Alastair lagi, kedua saudara ini benar-benar marah. Bahkan mereka tidak memberi kesempatan untuk Taylor membuka suara.

Tak berapa lama Carlos keluar. Tersenyum manis pada dua pria yang lebih tua darinya itu. “Good evening, Scott, Alastair.” sapa Carlos, mendapat senyum sinis Alastair, Scott hanya diam.

“Apa yang sudah kau lakukan pada Taylor?” tanya Scott.

Carlos menatap Taylor sejenak. “Kejadian kemarin? Bukankah sudah jelas kalau aku menciumnya?” tanya Carlos, santai.

“Berengsek!” umpat Alastair, hendak menghajar Carlos, tapi ditahan oleh bodyguard itu.

“Taylor tidak marah, kenapa kalian marah? Well, walau dia sedikit cemberut karena dikejar media.” balas Carlos sambil terkekeh, membuat Alastair semakin ingin membunuh pria ini.

“Sudah-sudah, aku tidak kenapa-kenapa. Kalian ini berlebihan.” kata Taylor, menghentikan Alastair yang sangat ingin menghajar Carlos sejak tadi.

Taylor heran dengan Scott, tumben kakak sulungnya hanya diam dan mempertahankan wajah datarnya. “Ciuman itu adalah pelecehan. Dia memaksamu!” kata Alastair.

VOUS ATTEINDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang