01.

2.3K 85 59
                                    

"Abang bangun, woy!!!" Suara teriakkan itu berasal dari Aira yang setia menggedor pintu kamar kakaknya.

"Berisik," jawabnya dari dalam malas-malasan. cowok itu sangat terganggu dengan teriakkan adiknya. "Punya adik nyebelin banget."

"Woy Bang! Kalau lo nggak mau bangun gue siramin pakai air yah!"

"Iya sabar, gue siap-siap dulu."

Setelah 15 menit berkutat dengan alat mandinya, cowok itu turun dari kamar menuju ruangan makan. "Pagi Ayah, Bunda," sapanya.

"lho kok gue nggak disapa Bang?" tanya Aira.

"Ngapain gue sapa lo? Emang lo siapa?"

"Abang jangan gitu," lerai sang Bunda.

"Lagian anak Bunda nyebelin!"

"Lo juga anak Bunda kalau lo lupa, Bang."

"Udah-udah, nggak baik ribut di depan makanan. Mending, Abang sama Aira sarapan biar nanti nggak telat berangkat sekolahnya," lanjut Lidia penuh wibawa.

"Bang, gimana sekolahnya?" tanya sang Ayah disela-sela sarapan.

"Baik."

Ya begitulah anak sulung keluarga Ravendra. Dingin, cuek, pintar juga tampan.

Setelahnya mereka kembali melanjutkan sarapan. Sampai akhirnya suara berat itu menginstruksi. "Aku berangkat Ayah Bunda," ucap cowok itu menyalimi kedua orang tuanya.

"Bang, tungguin gue dong. Gue mau nebeng!!!" teriak Aira.

"Buruan!"

"Ayah Bunda, Aira berangkat dulu yah," pamit Aira menyalimi Ayah dan Bundanya sama seperti yang dilakukan kakaknya.

"Hati-hati, sayang. Semangat belajarnya," balas Lidia mengelus pucuk kepala Aira penuh sayang.

###

"Bang, gue mau nanya, boleh?"

"Hmm."

"Lo punya cewek nggak?" Cowok itu diam mendengar pertanyaan Adiknya. Bukannya tak ingin menjawab, hanya saja dia tak suka jika adiknya bertanya lebih jauh.

"Gini nih punya Abang kulkas, Adeknya nanya malah dikacangin."

"Bisa diam?"

"Nggak!"

"Mau gue turunin?"

"Wah, Abang sarapan apa pagi ini? gue baru denger lo ngomong panjang," goda Aira.

Kesabaran yang ditampung cowok itu telah habis. "Turun dari mobil gue!"

"Ehh... jangan gitu dong Abang sayang."

"Untung adek gue. Kalau nggak, gue udah gadai'in lo."

###

Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit bersama Aira, tibalah dua sejoli itu di Sekolah. Di depan mereka, berdirilah beberapa gedung megah dengan warna putih lebih mendominasi pengecetannya dan desain yang digunakan sangat indah untuk dipandang. Di atas gerbang, terukir sempurna nama sekolah itu dengan ukiran yang dibuat semenarik mungkin. "SMA GARUDA." Disitulahlah cowok itu menempuh pendidikkan dengan segala cerita yang terlukis indah setiap harinya.

DAMIAN REYGAN RAVENDRA sering disapa Reygan, seorang most wanted SMA GARUDA yang terkenal dengan sifat dinginnya. Hidung mancung, bibir tipis dan mata tajamnya menambah kesan cool cowok itu. Kadar ketampanan yang Reygan miliki membuat para siswi-siswi SMA GARUDA kerap kali memanggilnya pangeran tampan. Ok, ini berlebihan.

"Buset, kak Reygan maco banget."

"Njir, tampang datar aja udah cakep! Gimana kalau dia senyum?"

"Alamak, manisnya kayak gula."

"Jangan ganteng-ganteng kenapa sih?."

Bagi Reygan, teriakan seperti itu sudah menjadi sarapan pagi yang membosankan. Dia tak pernah peduli jika semua siswi meneriaki namanya. Bahkan, Reygan akan bersikap datar jika akan berpapasan langsung dengan para fans yang terus mengincarnya.

"Bro, baru sampai lo?" sapa Arkan sahabat Reygan. Cowok itu dikenal dengan sifat bar-bar dan nyebelin. Jangan lupakan jiwa fakboynya yang luar daripada biadap.

"Hemm," jawab Reygan sekenanya.

"Jawabnya singkat banget, Nyet," sahut Risko.

"Ho'o kayak kulkas lo," sambung Arkan. "Iya nggak, Lang?"

"Hemm," jawab Galang. Sifatnya tak berbeda jauh dari sifat Reygan. Mereka sama-sama memiliki sifat dingin dan cuek tak ada tandingnya. Namun satu hal yang harus diketahui, dibalik sikap dinginnya Galang adalah sosok penyayang.

"Ini lagi. Lo sama Reygan kayak kulkas berjalan, tau nggak?" kesal Risko.

"Emang lo?"

"Udah, jangan debat mulu. Gimana kalau ke rooftop?" tawar Arkan.

"Ehh setan! Lo nggak pernah mikirin hal lain selain ngebolos?" sanggah Risko tak setuju dengan ajakan sahabat laknatnya.

"Ett dah Ko, lo mah gini mulu kalau diajakin."

"Gue kayak gini karena gue belajar etika. Nggak kayak lo, seenaknya aja."

"Lo kayak nggak pernah bolos aja," sinis Arkan.

"Lo--"

kata-kata Risko terpotong saat Reygan menyelanya dengan cepat. "Gue setuju sama Arkan."

"Nah, kayak gini yang gue demen."

"Nggak usah bacot!!!"

Jika Reygan yang memberi instruksi, maka yang lainnya harus menurut. Ketahuilah, meski sering membuat masalah, keempat cowok itu memiliki otak berlian dan sudah bayak kali mengharumkan nama sekolah khususnya Reygan. Jadi, hal membolos tak menjadi masalah besar untuk keempatnya.

Di rooftop, udara pagi itu sangat segar. Rooftop adalah tempat ternyaman bagi Reygan dan teman-temannya selain basecamp. Tempat itu sering didatangi Reygan bila akan membolos bersama para sahabatnya. Disitulah keempatnya berbagi cerita, bercanda ria, merokok bahkan menyusun strategi tawuran bila musuh menantang mereka turun ke jalanan.

Saat mereka tengah asyik bergurau, ponsel Galang bergetar menandakan ada notif masuk. Rahang cowok itu mengeras membaca pesan yang terlampir di ponselnya.

"Ada apa?" tanya Reygan melihat perubahan raut wajah Galang.

"Anak Vilton nantangin kita war di jalan Anggrek," jawab Galang. Sebagai wakil Arion, bukan pertama kalinya bagi cowok itu menerima pesan aneh dari musuhnya.

"Pulang sekolah kumpulin semua anak-anak di basecamp. Sampaiin ke Alfa, gue terima tantangannya," desis Reygan dengan nada dingin. Tangannya mengepal kuat mengingat masa lalunya yang kelam bersama Alfa.

###

Hi, ini cerita pertama aku. Maaf kalau feelnya belum dapat dan nggak jelas gini (:

jangan lupa vote and comment. sayang kalian deh🧡😁

Saputry_110804
10/10/20

Reygan & Rayina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang