Cinta itu datangnya terlalu tiba-tiba, dan tidak bisa disangkal.
***
🥀-Happy Reading-🥀Lampu-lampu kecil di tepi jalan mengiringi keindahan di malam hari. Sayup-sayup terdengar suara kendaraan bermotor yang berlalu-lalang, memecah keheningan malam. Udara terasa dingin, langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan.
Mobil sedan hitam melaju dengan kecepatan normal membelah jalan yang tampak ramai. Di dalam mobil bagian penumpang, Maudy menyandarkan kepalanya di kaca, mata tajamnya terus terarah ke luar.
Gedung-gedung pencakar langit terlihat sangat mencolok berjejeran dengan ruko-ruko besar yang sudah tutup. Maudy menyipitkan mata agar memperjelas penglihatannya, ia merasa tidak asing dengan sosok cowok di depan ruko terutama motor yang terparkir di depannya.
"Pak Imam berhenti dulu." pinta Maudy menepuk-nepuk kursi.
"Ada yang mau dibeli, Non?" tanya Pak Imam sesudah memberhentikan mobil di tepi jalan.
Maudy terdiam sambil berpikir untuk mencari alasan agar Pak Imam percaya padanya. "Ada. Pak Imam langsung pulang ya, nanti Ody sendiri aja," alibinya.
"Tapi kalau Ibu nanya gimana, Non? Pak Imam takut."
"Tenang aja, aku pasti kabarin Mama," ujar Maudy meyakinkan, ia tidak mau Pak Imam menunggu terlalu lama apalagi sudah malam.
Walaupun bimbang dan ragu Pak Imam tidak bisa berbuat apa-apa, ia menganggukkan kepala sebagai tanda setuju.
"Ya udah, hati-hati, Non." sahut Pak Imam.
Maudy membuka pintu mobil, lalu beranjak keluar dari dalam, ia menutupnya kembali. Tidak lama mobil sedan hitam itu melaju menjauh dari posisinya saat ini. Maudy mengeratkan jaket yang ia kenakan, melangkahkan kaki menghampiri ruko yang sedaritadi menjadi tujuannya.
Langkahnya seketika terhenti saat melihat luka-luka terpampang jelas di wajah cowok itu. Maudy mengedarkan pandangan, senyumnya terukir lebar. Tidak jauh dari tempatnya terdapat apotik 24 jam. Ia berbelok ke arah timur, memasuki apotik berukuran minimalis.
"Cari apa, Kak?" tanya karyawan apotik yang menyambutnya dengan ramah.
"Kotak P3K, lengkap Mbak."
"Sebentar Kak, diambil dulu," ucap karyawan apotik kepada Maudy yang dibalas anggukan.
Karyawan itu pergi ke lemari kaca dibagian pojok, setelahnya ia menghampiri pembelinya dengan kotak P3K yang dipegangnya.
"Ini kotak P3K, semuanya jadi Rp 43.000,00 Kak."
Maudy merogoh kantong jaketnya, mengeluarkan selembar uang biru kemudian memberikannya. Karyawan itu berjalan menuju kasir mengambil kembalian, tidak lama ia kembali ke hadapan Maudy dengan 2 lembar uang di tangannya.
"Terima kasih," ucap karyawan itu sembari menyatukan kedua telapak tangannya.
Setelah itu, Maudy mendorong pintu kaca, berjalan menuju salah satu ruko. Semakin dekat entah mengapa jantungnya kian berdebar, ia menghembuskan nafas panjang berusaha bersikap biasa. Maudy mendudukkan bokongnya di kursi, menimbulkan suara berderit.
Kelopak mata yang terpejam langsung terbuka. Cowok itu menoleh, raut wajahnya terlihat bingung dengan kehadirannya. Maudy tidak berkata apa pun, ia mengeluarkan beberapa barang yang dibutuhkan untuk mengobati luka.
"Lo ngapain di sini?"
"Kebetulan lewat aja, Sta." jawab Maudy seadanya. "Boleh gue obatin?"
Rasta mengangguk, menggeser posisi duduknya agar lebih dekat dengan cewek itu. Maudy menuangkan cairan alkohol ke atas kassa untuk membersihkan luka sebelum diberi obat merah. Tangannya bergetar saat mulai menyentuh wajah Rasta, mencoba tidak terlalu menekan luka agar cowok itu tidak merasa kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS2] OTHER SIDE (Completed)
Ficção Adolescente"Rasta!" "Ya?" "Kenapa, Sta?" "___" "Kenapa lo harus peduli sama gue?" "Bukan peduli, tapi kasihan." Rasta Dhefino Greynata, cowok cuek berbandana hitam yang tidak pernah mempedulikan sekitarnya. Perlahan pandangan berubah saat melihat kehidupan cew...