EXTRA CHAPTER

2.5K 188 119
                                    

Tentang liburan Alaster,

🥀-Happy Reading-🥀

Liburan semester genap dimanfaatkan para anggota Alaster untuk mengunjungi kota Bandung, terutama bagian Lembang. Tahun kemarin mereka sudah mengunjungi Yogyakarta, yaitu kawasan candi Borobudur dan candi Prambanan selama 3 hari.

Selepas menaruh dan merapikan barang di Novena hotel yang menjadi tempat penginapan mereka selama 2 hari ke depan. Kini mereka tengah berada di kawasan Lembang Park and Zoo.

Dito berjalan dipaling depan seraya membawa tongsis yang diangkat ke atas. Cowok berkulit eksotis itu memakai kacamata hitam, celana levis semata kaki dan kaos putih panjang. Senyuman terpancar menghiasi wajahnya.

"Eh, itu ada Ganda," ucap Dito heboh sehingga mengehentikan langkah mereka.

"Apaan sih? Nggak jelas lo!" sewot Ganda.

"Gue serius. Coba liat ke arah kanan," Dito mengarahkan jari telunjuknya ke kanan.

Sesuai arahan, akhirnya mereka mengikuti perkataan Dito barusan. Di sebelah kanan mereka terdapat kolam besar, memiliki air bewarna hijau lumut yang berisikan beberapa buaya dengan ukuran yang berbeda-beda. Sontak mereka terbahak-bahak, terkecuali Ganda yang merangkul leher Dito kencang.

"Mirip banget sama lo, kali ini gue serius." ujar Arka mengangkat jari telunjuk dan tengahnya bersamaan.

"Beda dikit doang. Kalau si Ganda adanya di darat," timpal Sandi membenarkan ucapan Arka barusan.

Kumpulan cowok itu melanjutkan langkah mereka menyusuri kebun binatang. Sesekali terhenti saat menemukan hewan-hewan yang mirip dengan sifat satu per satu di antara mereka. Kawasan ini ramai dikunjungi wisatawan. Apalagi saat hari libur tiba.

Dito berlari menghampiri patung Bapak-Bapak tua yang terduduk di kursi panjang. Dito mendudukan bokongnya di samping patung, memberikan tongsis yang dipegangnya pada Ezra, lalu ia memeluk patung tersebut dengan wajah memelas.

"Pak, ini Dito. Apa kabar, Pak?" tanya Dito menepuk-nepuk bagian kepala patung.

"Maafin Dito ya, Pak, karena Dito sekarang Bapak jadi patung," tukas Dito merubah posisi duduknya menjadi bersandar pada patung. "Habisnya dulu Bapak durhaka sih, dikutuk jadi patung, deh." ketusnya.

Tingkah laku Dito membuat teman-temannya hanya mampu mengelus dada. Belum lagi tatapan-tatapan pengunjung lain yang berpusat kepada mereka. Bisa-bisa orang lain menganggap jika mereka adalah kumpulan orang-orang tak waras.

"Dia yang gila, tapi gue yang malu," bisik Ganda memijat keningnya singkat.

Rasta mengangguk menyentujui. "Bisa nggak kita tinggalin dia di sini? Terus kita balik ke Jakarta," tanyanya serius.

"Bisa aja, tapi nanti Neneknya minta ganti, terus ujung-ujungnya kita yang disuruh ngupasin bawang." jawab Ezra tanpa mengalihkan pandangannya dari Dito yang semakin menggila.

"Ogah! Nggak sanggup gue kalau gitu," cibir Arka seraya membenarkan letak kacamata hitamnya.

"To, udah dulu gilanya. Buat besok lagi," bujuk Sandi menarik-narik pergelangan tangan temannya itu.

"Pak, Dito pergi dulu ya," Dito menukas, mengusap pipi patung tersebut, seolah-olah mengeluarkan air mata. "Fotoin gue sama Bapak Jamal dulu." pintanya kepada teman-temannya yang bersedia membantu.

Demi kepentingan bersama, Sandi mengalah. Cowok bertubuh bongsor itu mengeluarkan handphonenya, kemudian memotret Dito yang tengah mengerucutkan ke arah patung, seakan-akan ingin menciumnya. Sialnya bukan hanya satu foto, melainkan 5 foto dengan gaya berbeda.

[GS2] OTHER SIDE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang