"Rasta!"
"Ya?"
"Kenapa, Sta?"
"___"
"Kenapa lo harus peduli sama gue?"
"Bukan peduli, tapi kasihan."
Rasta Dhefino Greynata, cowok cuek berbandana hitam yang tidak pernah mempedulikan sekitarnya. Perlahan pandangan berubah saat melihat kehidupan cew...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sesuatu yang sudah hancur tidak akan bisa diperbaiki dan dibangun kembali.
*** 🥀-Happy Reading-🥀
Bel istirahat pertama berbunyi nyaring selama 3 kali. Guru-guru yang tengah mengajar menghentikan kegiatan mereka dan menundanya untuk hari lain. Satu persatu siswa-siswi keluar dari kelas memenuhi area koridor, serta tujuan utama yaitu kantin sekolah.
Di dalam kelas 11 MIPA.4 Maudy merapihkan buku-buku paket yang berserakan di mejanya, kemudian menaruhnya dibawah kolong karena setelah istirahat selesai pelajaran fisika akan dilanjutkan. Maudy melirik teman sebangkunya, Fita, yang tengah asik bermain dengan bolpoint hitam, menggoreskan tinta hitam pada kertas putih yang belum ternodai.
Selama satu Minggu Maudy bersekolah disini, selama itu juga ia tidak pernah berinteraksi dengan Fita, lebih tepatnya tidak sudi. Maudy beranjak dari duduknya, melangkahkan kakinya keluar kelas. Namun, baru sampai di depan pintu kelas yang terbuka langkahnya terhenti karena kedatangan Sheila, Reta, dan Ersa yang merangkap sebagai teman barunya.
"Hai Maudy. Gue kesini mau ajak lo ke kantin bareng," Sheila yang berdiri dipaling depan berucap, sesekali memainkan ujung rambut ombrenya.
Maudy tidak menjawab, ia melanjutkan langkahnya, berjalan paling depan di ikuti ketiga gadis berpenampilan heboh yang kadang membuatnya risih. Tetapi tentang penampilan tidak masalah, selama mereka memiliki kebiasaan yang sama dengannya.
Suasana kantin sekolah terlihat ramai dipenuhi oleh siswa-siswi SMA Pelita dari berbagai tingkatan. Maudy mendengus, menerobos kerumunan siswa-siswi tidak perduli dengan cibiran yang keluar dari mulut mereka yang merasa dirugikan. Sama sekali tidak ada tempat yang kosong, Maudy berjalan menuju meja paling pojok yang ditempati oleh dua orang siswi.
"Gue mau duduk sini, lo bisa pergi." Maudy menumpukkan sebelah tangannya pada sisi meja, satu tangannya lagi bertengger di pinggangnya.
Kedua siswi yang sedang menyantap makanan mereka sontak merasa terkejut akan kedatangan kakak kelas yang beberapa kali pernah mereka temui.
"Tapi Kak, saya sama temen saya udah duluan nempatin." siswi yang rambutnya terikat kuda berseru.
"Lo nggak denger omongan gue?! Gue nggak peduli siapa yang duluan, sekarang lo berdua pergi!"
Pada akhirnya kedua siswi itu memilih untuk mengalah. Membawa piring berisi makanan yang masih tersisa banyak, tatapan tajam kakak kelasnya itu membuat nyali mereka menciut. Tidak ingin berurusan lebih panjang hanya karena masalah ini. Maudy mendudukan bokongnya di kursi, disusul oleh ketiga temannya yang sedaritadi hanya menjadi penonton.
"Kalian mau pesan apa?" tanya Ersa yang duduk disebelah Maudy.
"Gue soto," Maudy menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone yang menyala.