Part ini spesial buat kalian yang kangen R family. Komen banyak-banyak yaa.
🥀-Happy Reading-🥀
"WOY! CEPET LARI!!"
"LARI-LARI!!"
Sekumpulan pemuda yang mengenakan jaket bomber maroon berlari memasuki kebun saat terdengar suara sirine polisi. Nafas mereka terengah-engah, serta debaran jantung dalam tempo cepat. Sebisa mungkin mereka harus bersembunyi agar tidak tertangkap kejaran polisi.
Ganda menyandarkan tubuhnya pada batang pohon kelapa, matanya terpejam rapat. Kayu yang masih dipegangnya ia buang jauh-jauh, kelopak matanya terbuka sempurna, memperhatikan seluruh anggota Alaster dalam kondisi wajah tidak jauh berbeda dengannya.
"Seharusnya kita nggak lewat daerah sana," keluh Sandi seraya mengatur deru nafasnya agar kembali normal.
"Mau gimana lagi? Udah terlanjur," balas Ganda, memutar bola matanya malas.
"Mereka aja yang terlalu lebay. Jalanan itu juga tempat umum kali!" sahut Ezra, cowok itu membaringkan tubuhnya di atas rerumputan dengan kedua tangan sebagai bantalan. "Motor kita masih ada di sana, gue ngeri dibawa polisi." ujarnya khawatir.
Ada benarnya perkataan Ezra. Terlalu terburu-buru menyelamatkan diri, mereka melupakan nasib motor yang ditinggal begitu saja dipinggir jalan. Semoga motor-motor mereka tidak dibawa ke kantor polisi sebagai jaminan.
"Untungnya motor gue lunas, bukan beli kredit kayak si Sandi," ejek Arka berniat membuat lelucon, tetapi sayangnya tidak ada yang tertawa, teman-temannya hanya melirik sekilas lalu bersikap tidak acuh.
"Sialan! Udah lunas ya, anjir!" ketus Sandi sambil mendorong-dorong bahu Arka.
Dito mendongak, menatap satu per satu anggota Alaster. "Kalau sampai motor gue dibawa ke kantor polisi, pasti pulang-pulang Nenek gebukin gue pake sapu lidi," ucapnya. Cowok berkulit eksotis itu mengusap wajahnya kasar.
"Lo nggak mikirin nasib gue? Bunda pasti bawa-bawa wajan sambil teriak-teriak," Rasta berseru tenang, tetapi dalam hatinya sangat was-was.
"Monmaap, Sta, itu derita lo." ujar Dito ditanggapi tawa oleh yang lain.
Ganda terduduk di rerumputan, mengusap rambutnya ke belakang. "Gi, coba lo tanyain kondisi di sana, udah aman atau belum?" pintanya.
Adik kelas yang bernama Argi itu mengacungkan jempolnya. Cowok itu merogoh handphone dari kantong celana abunya, mencari kontak seseorang. Panggilan pertama tidak terjawab, begitupun untuk panggilan kedua, hingga panggilan ketiga terdengar suara samar-samar dari seberang sana.
Selagi menunggu berita dari Argi, Dito dan Ezra memainkan putri malu yang tumbuh di sekitar pohon mangga. Sesekali keduanya tertawa terbahak-bahak, padahal jelas tidak ada yang lucu dan harus ditertawakan. Demi menghargai kewarasan keduanya, tidak ada yang mau berkomentar apa pun.
"Bang, kondisi di sana udah sepi, tapi ada beberapa motor yang dibawa polisi." jelas Argi seraya memasukkan handphonenya ke saku jaketnya.
"ANJING! JANGAN BILANG MOTOR GUE!!" teriak Dito histeris, kalau sampai iya sebentar lagi nasibnya akan terancam.
"Aamiin, semoga bener motornya Toto," tutur Arka, kedua tangannya yang terangkat di udara di dekatkan ke wajahnya.
"Jangan Ya Allah, motor Sandi atau Ezra aja, hamba ikhlas sentosa." tolak Dito berpura-pura terisak.
Ganda tertawa kecil, kedua matanya menyipit. "Banyak-banyak doa deh. Ayo, langsung ke sana aja." titahnya.
Tanda menghormati pemimpin Alaster, seluruh anggota mengikuti kepergian Ganda. Di belakang sana, Dito meronta-ronta, wajahnya pucat pasi. Bibirnya terus bergerak merapalkan doa, sesekali cowok itu mengajak teman-temannya untuk ikut berdoa, karena keselamatan motornya itu yang paling utama.
![](https://img.wattpad.com/cover/233067867-288-k820761.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS2] OTHER SIDE (Completed)
Fiksi Remaja"Rasta!" "Ya?" "Kenapa, Sta?" "___" "Kenapa lo harus peduli sama gue?" "Bukan peduli, tapi kasihan." Rasta Dhefino Greynata, cowok cuek berbandana hitam yang tidak pernah mempedulikan sekitarnya. Perlahan pandangan berubah saat melihat kehidupan cew...