Curiga

782 52 13
                                    

~Happy Reading Guys~

Vote, comment and share yaa ke temen-temen kalian

\\\___________________________\\\

Sudah dua hari ini belum ada tanda-tanda Tania yang tersadar dari koma. Selama itu pula Defian masih setia mendampingi Tania di rumah sakit. Lelaki itu memilih untuk membolos kuliah demi menemani kekasihnya. Penampilan Defian sangat jauh dari kata rapi. Wajah lelaki tampan itu terlihat semakin kusut.

Ceklek!! Pintu ruang inap Tania dibuka oleh seseorang membuat Defian yang semula memejamkan mata sejenak langsung menoleh ke arah pintu. Ternyata disana sudah ada teman-temannya yang berkunjung. Viktor menenteng plastik yang berisi makanan untuk diberikan pada Defian.

"Stres boleh tapi harus inget sama kesehatan sendiri. Nih gue bawain makanan buat lo," Ujar Viktor. Memberikan makanan tersebut pada Defian.

"Makasih." Sahut Defian sekenanya

"Oh iya btw Adrian mana bos kok gue galiat keberadaan tuh anak satu," Tanya Alvaro. Celingak-celinguk mencari keberadaan Adrian.

"Ehem pasti lo lagi kangen gelut sama gue kan," Celetuk Adrian yang baru keluar dari kamar mandi.

"Dih narsis amat si pak," Cibir Alvaro memutarkan kedua bola matanya malas.

Kennath yang sedari tadi diam mulai bersuara. "Gimana keadaan Tania?"

Adrian langsung ikut duduk bergabung dengan teman-temannya. "Belom sadar," Ucap Adrian

"Mending pindah rumah sakit aja deh Ian, soalnya udah beberapa hari tetep gaada perubahan kan siapa tau kalo udah dipindah adek lo bisa siuman," Usul Gama

"Gak!" Tolak Defian yang tidak setuju dengan usulan Gama

"Why?" Tanya Gama

"Gapapa pokoknya jangan sampe Tania dipindah sebelum siuman." Ujar Defian

"Gue rasa apa yang dibilang Defian bener, mending kita nunggu Tania siuman dulu ntar kalo udah siuman nah baru deh kita mindahin dia ke rumah sakit yang peralatannya lebih canggih," Jelas Viktor

"Semua kembali pada Adrian. Soalnya dia yang berhak nentuin untuk kebaikan adeknya," Ujar Gama

"Gue ngikut Defian aja deh," Sahut Adrian. Lelaki itu terlihat bimbang memikirkan keadaan adeknya yang tak kunjung sadar.

Defian beranjak dari duduknya. Hal itu sontak membuat Viktor langsung mengikutinya dari belakang. Ternyata Defian sedang ada di taman sambil menyesap rokok untuk menghilangkan stres.

"Mau cerita," Tawar Viktor yang sudah duduk di samping Defian

Defian menatap Viktor sekilas sebelum mengalihkan pandangannya kembali.

"Gue tau berada di posisi lo tuh sangatlah berat. Tapi apa salahnya sih kalo lo berbagi cerita sama orang lain. Fine kalo lo gamau cerita sama anak-anak Blackfire seenggaknya lo cerita sama gue Def, biar gimanapun gue ini sepupu lo. Gue khawatir ngeliat keadaan lo yang kayak sekarang. Lo tuh udah gaada semangat buat hidup Def," Jelas Viktor

Defian menatap dalam ke arah Viktor. Lelaki itu membuang puntung rokok yang dipegangnya. "Gue gapapa. Dengan adanya kalian yang selalu ada di samping gue itu udah lebih dari cukup meringankan beban gue selama ini." Ujar Defian

"Oke! Inget Def lo disini gak sendirian, kalo sewaktu-waktu lo butuh gue. Gue bakal siap sedia 24 jam nemenin lo." Ucap Viktor meyakinkan Defian

Defian tersenyum tipis. Viktor memang orang yang paling mengerti keadaanya. Diantara anak-anak BLACKFIRE yang lain Viktor lebih dulu mengenal Defian. Persahabatan mereka sudah terjalin sejak SMP, meskipun dulunya sempat ada pertengkaran namun tak lama kemudian mereka bisa baikan lagi.

BLACKFIRE II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang