[PSB : Part 40]

223 36 8
                                    

Kalau suka sama ceritanya, silahkan vote dan komennya,biar admin makin semangat buat up nya,bantu dan hargai karya orang,silent readers nya banyak banget buat jadi males up.
.
.
Oke langsung aja baca lanjutan ceritanya ya
.
.
.
.
.

"Apa kau juga sedang mencari sesuatu disini??? Kang Haneul??" Tanya Jinyoung sambil menutupi jalan masuk ke ruangan itu.

"Tidak,untuk apa aku mencari surat wasiat?" Tanya Haneul sambil menggaruk belakang kepala nya,dan semua kecurigaan pak satpam benar adanya.

"Oh,kau sedang mencari surat wasiat?? Padahal kami tidak bertanya tentang surat wasiat" Jinyoung semakin memojokkan Haneul,namun Haneul semakin marah.

"Kau harusnya minta ijin kepadaku sebelum menggeledah ruangan ayahku" Haneul menghela nafasnya.

"Maaf tapi Tuan Kang sudah menyuruhku untuk menjaga ruangan ini dari siapapun termasuk Tuan Haneul,jadi ruangan itu adalah tanggung jawabku" Pak satpam itu benar-benar baik,tegas dan dapat dipercaya.

Mereka akhirnya bisa dengan leluasa memeriksa seluruh ruangan rahasia milik tuan Kang dimana disana terdapat sebuah papan kasus pembunuhan milik Hyewon, nampaknya Tuan Kang mencari siapa dalang dari pembunuhan Hyewon dan juga pembakar villa.

"Aku menemukan diary milik Tuan Kang" Jinhyung menemukan diary milik tuan kang di lemari dalam,dia memgambilnya diam-diam agar Haneul tidak tahu dan dia menyembunyikan buku itu dari balik jaket,sedangkan surat wasiat itu sudah di tangan Pak Kim tanpa sepengetahuan Haneul.

"Aku sedang lelah,bisakah kalian keluar dari rumahku??" Haneul mengusir mereka begitu saja.

"Baiklah kami akan pergi,maaf sudah mengganggu,oh apakah kau tahu kalau ada yang menyelinap ke ruangan tuan kang dan mengambil kunci ruangan tuan kang?" Tanya Jinyoung kembali memancing Haneul.

"Sebelum kalian datang, kunci itu masih ada,aku tidak melihat siapapun mengambilnya" Kata Haneul.

"Bohong" Jinyoung menarik lengan Haneul dan membalik tangannya, mengambil kancing yang tadi ditemukan oleh Jaemin,dan di tangan kanannya terdapat salah satu kancing jas yang hilang.

"Kenapa kau bilang tidak ada yang mengambil kunci tadi? Padahal waktu kami datang,kami tidak melihat kau ada dirumah,bagaimana kau tau kalau kami sudah datang padahal kami tidak mengatakan padamu kalau kami akan menyelidiki rumah ini?" Jinyoung membuat Haneul semakin kebingungan mencari alibi.

"Apa kau mengira aku yang menyelinap masuk ke ruangan ini??" Tanya Haneul kembali.

"Harusnya aku yang bertanya,kenapa kau menyelinap masuk ke ruangan ini?" Jinyoung benar-benar memojokkan Haneul,dia tidak tahu harus mencari alasan apa lagi.

"Kau meninggalkan pemakaman lebih awal karena tahu kita akan datang untuk melakukan penyelidikan,dan saat kau sampai rumah,kau langsung bergegas mengambil kunci lalu masuk ke ruangan tuan kang,namun karena kau mendengar kami akan datang,kau langsung kabur melalui jendela dan kau tidak bisa menutup nya lagi, benar bukan Tuan Haneul?" Jinyoung dan Haneul memulai perang mental,namun Pak Kim menengahi.

"Baiklah,urusan kita sudah selesai ayo kita pergi,maaf karena sudah mengganggu,ayo anak-anak kita kembali" Pak Kim menyeret Jinyoung dengan paksa karena Jinyoung masih ingin berdebat dengan Haneul,Jinyoung suka sekali memojokkan orang.

"Mari saya antar ke depan" Pak satpam itu juga ikut keluar,saat mereka sudah keluar,barulah Haneul masuk ke ruangan itu dengan wajah panik.

"Dimana surat wasiat itu???" Haneul mengobrak - abrik kertas dan melihat papan kasus pembunuhan Hyewon. Perasaan Haneul kepada anak nya Hyewon ,Hyewon sebenarnya bukanlah anak kandung Kang Haneul, hanya saja Haneul berpura-pura menghamili istrinya agar dia mendapat hak penuh untuk rumah sakit milik Tuan Kang karena Haneul sebenarnya mandul,namun Tuan Kang tidak pernah memberikan hak milik itu kepada Haneul dan malah menyayangi Hyewon. Sehingga ketika Hyewon meninggal,Haneul tidak merasa sedih sekali,dia malah senang karena dia bisa mendapat hak milih penuh.

"Mereka berdua melakukan pekerjaan dengan bagus,aku hanya harus menyingkirkan mereka berdua"
.
.
.
.
.
.
.
Mereka mampir ke sebuah restoran cepat saji untuk membeli sandwich dan burger sambil mendiskusikan kasus.

"Haneul....benar-benar aneh,dia tidak mengakui kalau dialah yang mengincar surat wasiat itu, sepertinya dia benar-benar ingin memiliki rumah sakit dan juga rumah itu" Jinyoung masih berdebat dengan dirinya sendiri.

"Aku benar-benar bingung dengan kasus ini,ah iya,apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

"Ah iya,tadi pagi kita mendapat sampel darah pelaku kan? Ini misi khusus untuk Jinhyung dan Jaemin" Pak Kim memakan sandwich sambil sesekali berbicara.

"Misi Khusus??" Jaemin dan Jinhyung saling bertatapan bingung.

"Misi khusus nya,kalian harus memberi Minhee dan Mina......." Mereka berdua menunggu jawaban dari Pak Kim.

"Permen karet" mendengar jawaban Pak Kim,mereka berdua menepuk jidat.

"Apa? Permen karet? Aneh sekali, apa maksudnya? Aku kira mereka akan diberi pelajaran? Ternyata malah permen karet" Jaemin memutar bola mata nya dengan malas,menyilangkan kedua tangannya di depan dada karena kesal.

"Sudah jangan banyak bertanya,makan saja roti isi kalian" Pak Kim dengan lahap memakan roti isi tuna kesukaannya,begitu pula dengan yang lain,roti isi itu terlalu enak sampai mereka tidak bisa berkata-kata.

"Wah roti isi ayam dan selada ini benar-benar enak,boleh aku tambah lagi??" Tanya Jinhyung,dia memang doyan makan,apapun makanannya dia selalu mencerna dengan baik,dia tidak pernah pilih-pilih soal makanan, berbeda dengan Jinsoo yang hanya memikirkan kalori di tiap komponen makanannya,dia tidak meminum cola dan hanya minum air putih.

"Jangan terlalu makan-makanan aneh, itu bisa merusak kinerja otak" Jinsoo memang seperti itu jika diajak makan bersama,sekarang saja Jinsoo hanya makan salad dengan air putih.

"Kau mau tambah??" Tanya Jinyoung

"Untuk eomma dan ibu Wonyoung" Jawab Jinhyung,Jinyoung langsung menyerahkan kartu pada Jinhyung.

"Ibumu suka daging,nanti sekalian antarkan padanya" Jinhyung mengangguk setelah diperintah Jinyoung,Jinhyung membeli 3 sandwich untuk dirinya dan dua ibu-ibu yang sedang menunggu di rumah,Jinhyung segera pergi ke rumah untuk mengantarkan sandwich itu sementara yang lain sudah ada di kantor polisi.

Pak Kim membuka berkas-berkas yang tadi dia dapatkan termasuk buku harian milik Tuan Kang.

"Kita harus menemui para psikolog ini"
.
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG

✓ PSYCOPATH BOYFRIEND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang