tarik nafas sebelum membaca
oke happy reading semuanyaa!!jangan lupa vote dan coment
Part 23
"Gal kamu akhir-akhir ini mamah perhatiin suka berangkat lebih pagi" ucap mamah Ghali seraya mengambilkan sarapan untuk anaknya
Papah mengangguk "Bener, siapa yang ajarin kamu? Tumben banget"
"Mamah papah ini kalo anaknya berubah lebih baik harusnya bersyukur dong bukannya ditanyain mulu" jawab Ghali mengambil sarapannya dari mamah
"Loh mamah ini bukan ga bersyukur cuman pengen tau aja"
"Oh iya papah kamu ini mau pindah dinas—"
"Ga ah, Ghali gamau pindah sekolah" potong Ghali
"Eh dengerin dulu mamah kamu ngomong" ucap papah
"Jadi besok kamu izin sekolah, anterin papah ke bandara sama mamah"
"Emang papah pindah dinas kemana?" Tanya Ghali
"Samarinda. Sekitar dua bulan lah" jawab papah
"Lama banget, kasian nih mamah sendirian nanti" protes Ghali
"Mau gimana lagi namanya juga kerjaan"
Papah Ghali adalah seorang pegawai negeri. Ya memang kepala sekolah, tapi kadang suka ada dinas di kota tertentu.
"Yaudah Ghali berangkat" ucapnya lalu menyalimi kedua orang tua
Ghali mengambil kunci motornya yang terletak di meja belajarnya lalu mengajak motornya itu pergi dari perkarangan rumah.
"Nah gitu dong, lo yang nungguin gue" ucap Ghali ketika melihat Luna yang sudah menunggu di luar apartemen
Sebelumnya Ghali sudah mengirim pesan kalau akan menjemputnya jadi ya Luna nungguin duluan aja.
Luna pun naik ke motor Ghali. Kalau hari selasa masih bisa berangkat bareng karena ga ada atribut yang tidak lengkap. Hari Selasa murid-murid memakai batik dan atributnya hanya gesper.
"Denger-denger Renald sakit" ucap Ghali membuka obrolan
"Baru kemarin sih, katanya demam"
"Lo tau rumahnya?"
Luna menggeleng walaupun tidak sepenuhnya terlihat oleh Ghali. "Kan lo ketuanya masa gatau"
"Kan tugas gue bukan nyatet alamat"
Mereka sampai di sekolah, Ghali melepas jaket Legionnya. Biasanya baik Ghali atau Luna berjalan duluan tapi gatau kesambet apa, malah Luna nunggu Ghali jadinya mereka jalan berdua.
"Sebelum beli buku, ke parkiran dulu" pinta Ghali
"Ngapain?"
"Udah elah, itu permintaan" ucap pria itu lalu pergi. Kelas mereka berbeda, begitu juga dengan jurusan yang mereka ambil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saluna [TAMAT]
Dla nastolatkówSaling membenci tapi saling memberi perhatian, saling mengejek tapi saling bertukar rasa, saling tidak peduli tapi juga saling ingin tahu. Kisahnya cintanya sangat simple, dimulai dari kebencian yang dilanjutkan dengan permainan basket. Lucu bukan...