|gara-gara preman|

421 43 2
                                    

Padahal ini udah diketik semalem tapi lupa di publish:))

Happy reading jangan lupa vote dan coment yaaa!


Part 13.






Ghali bersama keluarga sudah sampai di bandara. Anak sulung dari orang tuanya akan menempuh pendidikan kembali ke Jepang.

"Hati-hati kamu disana, jangan macem-macem" ucap papah seraya mencium kening anak tersayangnya

Aneskha Altezza. Nama kakak perempuan Ghali, rada sulit memang jika disebut tapi kalian bisa memanggilnya Nesa.

"Banggain mamah papah sama adik kamu" ucap mamah juga mencium pipi Nesa

Selanjutnya Ghali, pria itu memeluk kakaknya. Keduanya saat kecil sangat akrab tapi karena Nesa mulai menempuh pendidikan di Jepang tercipta jarak antara mereka.

"Jangan bawa cowo lo balik" ucap Ghali

Nesa mencubit adiknya itu. Sebesar apapun Ghali, Nesa menganggap kalau adiknya adalah bayi kecil. Banyak juga temannya di luar negeri yang suka pada Ghali karena dikasih tunjuk foto adiknya itu.

"Lo jangan tauran mulu"

Ghali tersenyum "Itu mah kebiasaan atuh"

Sebenarnya Ghali bukan orang yang jutek atau bagaimana. Ia mudah mudah saja tersenyum seperti layaknya manusia normal cuman perbedaan di hatinya saja.

Setelah berpamitan Nesa pun mulai masuk sehingga tak melihat keluarganya lagi. Di Jepang ia sudah memasuki semester akhir jadi paling 6 bulan lagi ia akan tamat menjadi Sarjana sastra dari universitas Kyushu Jepang.

"Ayo pulang" ajak papahnya

Sekarang sudah pukul setengah sembilan malam. Saat sampai dirumah Ghali langsung menyetel tv di ruang tamu bersama papahnya. Apalagi yang dilakukan laki-laki ketika menonton tv yang pasti mereka akan menonton club sepak bola kesukaaanya.

"Jangan malem-malem nontonnya. Besok kamu masih sekolah Ghali" peringatan mamahnya

"Iyaa"

Ghali dan papahnya sangat suka menonton bola bersama kadang sampai ketiduran di sofa.

🌑🌑🌑

"Kamu jaga di gerbang belakang sama Fauzi sama Ryan" suruh Luna

"Siap baik ka"

Karena ini upacara tujuh belas Agustus jadi mereka berjaga lebih pagi. Luna menjaga gerbang depan bersama wakilnya serta beberapa kelas sepuluh.

"Topinya mana?" Tanya Luna

"Di dalem tas" jawab kakak kelas dengan logatnya

Luna tidak pernah takut untuk menegur seseorang atau bahkan kakak kelas sekalipun. Karena ia hanya mengatur perintah dari sekolah lagi pula itu juga demi kebaikan bersama.

Saluna [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang