Jangan lupa vomment-nya. Terima kasih banyak.
Selamat membaca^^Rara sedari tadi memperhatikan Jeffrey yang melewatinya berkali-kali sembari menelpon seseorang. Dahi Rara berkerut, terus menanyakan apa yang terjadi pada Jeffrey hingga membuat Jeffrey tampak kalut seperti ini.
Takut membuat Jeffrey terganggu, Rara hanya duduk terdiam memangku Rayyan di depan televisi. Perlahan Rara melihat Jeffrey mendekatinya, matanya tampak memerah, dan mukanya sangat datar.
"Mas, kamu marah sama Rara?" Jeffrey menggeleng samar, mengambil Rayyan dari pangkuan Rara dan melangkah menuju dapur, Rara mengernyit, rupanya Jeffrey menitipkan Rayyan pada Bibi yang berada di dapur.
Jeffrey membalikan badan, mendapati Rara yang berada di belakangnya. "Ke kamar, aku mau ngomong serius." Jeffrey kembali melangkah, meninggalkan Rara yang sedari tadi merasa bingung.
Saat masuk kamar, Rara dapat melihat punggung lebar Jeffrey yang sedang menatap ke arah luar jendela. Rara mendudukan dirinya diatas ranjang, "Mau ngomong apa, Mas?" Rara tampak mendengar helaan nafas dari Jeffrey.
"Maaf." Rara semakin kebingungan di buatnya.
"Maaf untuk a-" belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, Jeffrey lebih dulu memotong ucapannya, dan mendesah berat.
"Bismillahirrahmanirrahim. Ranajsya Aurha Azzahra, saya jatuhkan talak tiga untuk kamu, dan hari ini juga saya pulangkan kamu ke rumah orang tua kamu." detik itu juga nafas Rara tercekat, ia lupa bagaimana cara bernafas dalam sekejap, kemudian memandang punggung Jeffrey yang kian menjauh. Hatinya seperti ditancapkan sesuatu yang begitu tumpul hingga membuat rasa sesak di dadanya kian menyeruak.
Rara hendak bangkit menyusul Jeffrey, tetapi kakinya tak mampu menumpu badan yang terasa kelu. Rara mengigit bibirnya, menahan isakan yang semakin menyesakkan dan terus mencoba menjalankan fungsi seluruh tubuhnya yang terasa berat dan mati rasa.
"Rara!" Rara mendengar suara samar, tetapi tidak mendapati orang di sekitarnya.
"Rara!!"
Semakin lama, suara itu semakin jelas terdengar di telinganya, Rara rasanya hendak memekik, tidak mengerti dengan situasi yang ada.
"Rara bangun, hei!" Rara yang sedari tadi berusaha untuk membuka matanya, seketika langsung bangkit terduduk, mencerna semua yang terjadi kemudian menatap lelaki yang tampak begitu panik.
Rara langsung menubruk tubuh Jeffrey dan mendekapnya begitu erat hingga membuat Jeffrey terdesak ke belakang.
Jeffrey kebingungan, mengelus punggung polos Rara dengan lembut agar tangisan wanitanya sedikit mereda.
"Astagfirullah... Astagfirullah... Astagfirullah." Rara terus beristighfar, mimpi terburuknya selama ia hidup, sesak di dadanya bahkan begitu terasa.
"Mimpi buruk, hm?" Rara tidak menjawab, ia justru mengeratkan pelukannya dibalas kecupan singkat di puncak kepalanya.
“Allaahumma innii a’uudzubika min ‘amalisy syaithaani wa sayyiaatil ahlami.”
"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada Engkau dari perbuatan setan dan dari mimpi-mimpi yang buruk."
Jeffrey mengelus surai Rara, membisikan doa tepat di sebelah telinga Rara. Membiarkan suara isakan tangis Rara mengisi seluruh penjuru kamar agar mendapat rasa lega selepas itu.
"Dada Rara-eungh... sesak banget, ya Allah." Jeffrey ikut merasa sesak dibuatnya, merasakan badan Rara yang terus bergetar dengan nafas yang sedikit tersengal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar✓
Fanfic❝Bismillah. Ini pertanyaan yang dari awal sudah membuat saya bingung, sebelum proses ini, Mas Jeffrey langsung mengkhitbah saya tanpa ingin melalui proses ta'aruf terlebih dahulu. Apa yang membuat Mas Jeffrey seyakin itu dengan saya dan kenapa Mas J...