❝Bismillah. Ini pertanyaan yang dari awal sudah membuat saya bingung, sebelum proses ini, Mas Jeffrey langsung mengkhitbah saya tanpa ingin melalui proses ta'aruf terlebih dahulu. Apa yang membuat Mas Jeffrey seyakin itu dengan saya dan kenapa Mas J...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ilysm! selamat membaca yaaa^^
Sepanjang pagi hari ini Jeffrey sangat di buat pusing, pasalnya Rara sedari tadi terus merengek, memintanya untuk meliburkan diri.
"Mas, Rara tuh bosen udah seminggu disini terus. Mas kan juga udah janji sama Rara katanya mau ngajak ke pantai!" selesai mengancingkan lengan kemejanya, Jeffrey berbalik menghadap Rara yang sedari tadi mengikuti setiap langkahnya.
"Sayang, Mas udah sering bolos, gak enak sama yang lain."
"Kan Mas bisa bilang kalo istrinya Mas lagi hamil pasti dibolehin kan?"
"Yang istrinya hamil bukan cuma Mas aja, Ra. Mikha salah satunya, kasian istri dia juga lagi hamil, tapi dia yang selalu gantiin jadwal Mas." Rara mengerucutkan bibirnya. Jeffrey yang merasa gemas langsung mencuri satu kecupan manis dari bibir itu.
"Tapi nanti selepas Mas kerja, kita harus ke pantai ya?" Jeffrey tersenyum, menyelipkan helaian rambut Rara ke belakang telinga.
"Ingat gak Dokter Risa bilang apa? Rara harus bed rest dulu kan? nanti kalo kamunya udah mendingan, Mas janji bawa kalian bertiga ke pantai."
Sekitar seminggu yang lalu, Rara di haruskan untuk bed rest selama sepuluh hari, pasalnya Rara sempat tumbang karena terlalu letih.
"Tapi Rara bosen, Mas."
"Wajah kamu aja masih pucet, sayang. Istirahat dulu oke? Istri Mas yang sholehah ini pasti mau nurut kan?" Jeffrey tertawa pelan mengacak puncak kepala Rara dengan gemas.
"Tapi janji ya?"
"Iyaa,"
"Kalo Mas ingkar janji, Rara gak mau kasi badan Rara selama satu bulan!" jelas, Jeffrey menolak keras.
"Mainnya jangan pake jatah dong! Itu kan kebutuhan."
"Refreshing juga kebutuhan, Mas sayang!" Jeffrey hanya mampu menghela nafas berat, "Iya, Rara iya." Rara tampak tersenyum puas. Jeffrey kemudian kembali bersiap-siap untuk berangkat kerja.
"Ray, jagain Bunda ya? jangan minta gendong Bunda, kamu itu berat tau! belajar jalan sendiri, udah mau punya adek tuh."
"Yah?" Jeffrey begitu gemas melihat duplikatnya satu itu. Bahagia sekali mendengar Rayyan memanggilnya, "Apa sayang? Ayah mau berangkat kerja dulu. Kalo ada apa-apa sama Bunda,Ayah gak mau beliin Rayyan mainan lagi, ngerti gak?" Rara hanya menggelengkan kepalanya, Rayyan hanya menatap Jeffrey dengan tatapan polosnya.
Jeffrey kemudian kembali meletakan Rayyan dan beralih ke Rara, "Inget ya, istirahat aja." Rara hanya mengangguk kemudian memeluk Jeffrey dengan erat.
"Kalo Mas dapet kabar kamu bikin ini itu atau ngerjain sesuatu, batal ya ke pantainya." Rara hanya berdecak kemudian melepas pelukannya pada Jeffrey, "Dedek juga jangan rewel!"