Hi! Jangan lupa tinggalin jejak ya:)
Selamat membaca:D⚠️
CringeRara dan Jeffrey sudah berada di rumah Mamanya dari sejam yang lalu, saat ini Rara, Mamanya beserta kakak iparnya sedang sibuk menyiapkan makan malam, sedangkan Jeffrey sedang berbincang bersama saudara serta Papanya Rara.
Setelah selesai makan malam, semua orang tengah berkumpul diruang keluarga sembari berbincang ringan.
Sedari tadi topik yang mereka perbincangkan hanya mengenai saudara pertama Rara yang masih terus melajang.
"Udah ada tapi cuma Mama yang tau, nanti lah dikenalin, masih belum mau nikah juga dianya."
"Dokter juga?"
"Masih calon sih baru semester 4."
"Nanti kenalin ke Rara ya, Mas."
"Boleh, tapi ada syaratnya."
"Apa?"
"Kasih keponakan dulu baru nanti dikenalin deh." ucapan Daffa mampu membuat Rara terdiam, tak hanya itu orang tua Rara juga ikut mengungkit perihal itu.
"Cepet kasih Mama cucu ya, Ra."
"Iya Ra, nanti kan biar anaknya Deva ada temennya, jadinya Papa bisa main bertiga juga."
"Umur kalian juga pas tuh untuk punya anak."
"Iya jangan ditunda, nanti malah lama dapet nya."
Menyadari ada perubahan dari raut muka Rara, Jeffrey menggenggam tangan Rara kemudian tersenyum manis untuk menghibur Rara.
"Insya Allah Ma, Pa. Doakan terus ya."
"Yaudah, Mama mau istirahat duluan ya."
"Papa juga mau nginep dirumah Om Moko, besok kesini lagi." Papanya beranjak dari kursi, kemudian melangkah ke arah Mamanya Rara.
"Maya, aku kerumah Moko ya."
"Oke hati-hati, Mas."
Perlahan-lahan orang-orang dirumah itu memutuskan untuk pergi ke kamar masing-masing, termasuk Rara dan Jeffrey.
Saat ini Jeffrey tengah berbaring menghadap ke arah meja rias yang tengah di duduki istrinya itu.
Bagi Jeffrey, Rara terlihat sangat cantik malam ini tetapi air muka Rara sangat tidak bisa menutupi wajah cantiknya itu, Rara terlihat murung.
"Ra, udah selesai?"
"Udah Mas, kenapa?"
"Duduk sini yuk."
Jeffrey mulai menyenderkan punggung nya ke headboard kemudian di ikuti Rara yang menempati tempat kosong di sebelahnya.
Jeffrey meraih tangan Rara kemudian memainkan cincin yang berada di jari manis tangan Rara.
"Kamu kenapa?"
"Ha? Rara? Ga ada apa-apa kok, Mas."
"Wajahmu itu kentara banget murungnya."
"Beneran gak ada apa-apa, Mas."
"Mas tebak. Hmm pasti gara-gara syarat dari Bang Daffa tadi."
Rara hanya mengangguk pelan, Jeffrey tersenyum kemudian membawa kepala Rara menyender didadanya.
"Emang Rara belum mau punya anak?"
"Kalo yang semalem emang rezeki kita ya Alhamdulillah, tapi sebenarnya Rara masih pengen pacaran dulu sama Mas Jeffrey,"
"Mas Rey?"
"Iya, Mas Jeffrey itu kepanjangan menurut aku."
Jeffrey terkekeh kemudian mengusap surai Rara dengan lembut.
"Ya gapapa pacaran dulu. Allah yang lebih tau kapan kita pantes dapetin itu. Jangan dipikirin lagi ya."
Rara mengangguk kemudian ia mendongak untuk melihat wajah suaminya.
"Mas emangnya belum mau punya anak ya?"
"Pasti mau lah, Ra. Apalagi diumur Mas yang bentar lagi bakal kepala tiga pasti pengen banget."
"Udah ketebak"
"Ha?"
"Rara ada lihat box bayi di kamar sebelah kita."
"Ah itu, itu cuma persiapan aja."
"Mas Rey, Rara minta ma-"
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Jeffrey sudah terlebih dahulu mendekap tubuh Rara.
"Jangan minta maaf. Mas gak akan maksa kamu, okey? Benahi hati kamu dulu, Mas akan tunggu sampe kamu siap kok. Untuk saat ini, rasa pengen pacaran sama istri sendiri jauh lebih besar dibanding punya anak. Jangan dipikirin."
"Mas, makasih ya."
Jeffrey mengangguk dan tersenyum manis kemudian mengecup dahi Rara dengan sayang.
"Ra, mau tau ga?"
"Hmm?"
"Mas mau cerita tapi jangan ketawa."
"Iyaa."
"Waktu kamu nolak khitbah dari Mas, Mas sempet nangis."
"Beneran?"
"Iya, sempet ketar-ketir terus tahajjud mintain kamu via Allah, eh paginya bang Deva bilang 'siapin CV ta'aruf Jeff, dia maunya ta'aruf dulu.' Allah itu bener-bener baik ya,Ra."
"Mas, sampe sekarang Rara masih bingung."
"Bingung? Kenapa?"
"Rara dulu pernah ngapain aja sih sampe bisa dapetin suami kayak Mas Jeffrey."
Jeffrey terkekeh mendengar penuturan Rara.
"Mas Rey sadar gak sih kalo Mas itu ganteng banget?"
"Iya sadar banget, kenapa? Udah cinta?"
Jeffrey berkata dengan senyum percaya diri, sembari melontar pertanyaaan yang diringi nada jahil darinya.
"Iya, udah cinta banget! Good night, Mas!"
Rara mengecup pipi Jeffrey dengan kilat kemudian ia dengan segera berbaring dan menutupi badannya dengan selimut dan menyembunyikan wajahnya yang kian memerah.
Tak lama setelah itu ia dapat merasakan seseorang memeluknya dari belakang, kemudian berbisik.
"Sleep tight, Rara. And i love you too."
___________________________________
Good night ya! Makasih udah mampir, maafkan cerita ini yang makin hari makin gak jelas. Jangan lupa pencet bintang dibawah ya.
Jaga kesehatan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar✓
Fanfiction❝Bismillah. Ini pertanyaan yang dari awal sudah membuat saya bingung, sebelum proses ini, Mas Jeffrey langsung mengkhitbah saya tanpa ingin melalui proses ta'aruf terlebih dahulu. Apa yang membuat Mas Jeffrey seyakin itu dengan saya dan kenapa Mas J...