❝Bismillah. Ini pertanyaan yang dari awal sudah membuat saya bingung, sebelum proses ini, Mas Jeffrey langsung mengkhitbah saya tanpa ingin melalui proses ta'aruf terlebih dahulu. Apa yang membuat Mas Jeffrey seyakin itu dengan saya dan kenapa Mas J...
Hi! Terima kasih sudah mampir, sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran . Jangan lupa vomment-nya. Selamat membaca!
Rara berbaring menghadap langit-langit didalam ruangan yang tengah ia tempati, ia merutuki kecerobohannya sendiri karena pada beberapa saat yang lalu dirinya hampir tumbang saat mengajar tadi, dan mengharuskannya berbaring diranjang ini.
Setelah istirahat hampir satu jam lamanya, Rara sebenarnya masih sanggup mengajar, akan tetapi karna omelan Dhea ia pasrah untuk pulang.
"Bu Rara?" Rara mengalihkan atensinya ke arah pintu, menatap murid perempuan yang berdiri disana.
"Suami ibu udah datang."
"Oh iya, makasih ya." Rara bergerak turun dari ranjang, dibantu beberapa murid yang tengah kebagian tugas menjaga UKS, bahkan mengantar Rara sampai di tempat Jeffrey berada.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mas?" Jeffrey menoleh seketika kemudian bangkit menatap Rara khawatir.
"Gimana?"
"Yuk langsung balik aja." Jeffrey mengangguk kemudian mengambil alih tas yang Rara pegang.
"Buah nya tadi dimakan ga?" Rara menggigit ujung bibirnya, mencari alasan agar tidak diomeli Jeffrey.
"Eum..."
"Susu nya?"
"Heheh.." tidak dapat mengelak, Jeffrey sangat tau gelagat Rara.
"Kalo ada apa-apa urus sendiri aja, Ra. Di nasehatin suami bisa-bisanya gak didengerin. Gak sarapan, di siapin bekal gak dimakan, kamu tuh lagi hamil, Rara. Ngeyel terus." Rara terdiam mendapat omelan dari Jeffrey, tidak ada yang bisa di elak.
"Mas bawel banget deh." Jeffrey menghela napas berat, kemudian melirik Rara yang tengah fokus menghadap ke jalanan.
"Lain kali didenger oke? Mas udah sering bilang, Hb kamu tu rendah, jangan sampe kurang makan, kurang tidur, denger ga?"
"Iyaaa."
"Pinter... Mau singgah?"
"Langsung pulang aja, ngantuk." Jeffrey mengangguk kemudian melanjutkan perjalanan nya.
"Mas balik ke rumah sakit lagi?"
"Iya."
"Kalo gitu kenapa gak Pak Fadli aja tadi yang jemput Rara?" Pak Fadli, supir pribadi Rara kata Jeffrey, yang selalu siap mengantar Rara kemana saja sesuai kemauan Rara.
"Khawatir, Rara."
Setelah sampai rumah, Jeffrey ikut turun dan menemani Rara hingga tertidur.
"Bobok ya?" Jeffrey menarik selimut hingga batas leher Rara, kemudian mengecup singkat dahi Rara.