Jangan lupa vomment-nya yaaa. Eh btw makasih banyak atas dukungannya.
Selamat membaca^°^
Rara membuka matanya perlahan, badannya terasa amat sakit terlebih dibagian bawahnya, hal yang pertama ia lihat adalah suaminya yang duduk di sofa tidak jauh darinya. Entah ia tertidur atau pingsan selepas melahirkan tadi, ia benar-benar sangat nyenyak kemudian ia mengedarkan pandangannya pada penjuru ruangan yang berbeda dengan ruangan yang terakhir kali ia lihat.
"Mas?" Suaranya parau, Jeffrey langsung menoleh kemudian beranjak mendekatinya.
"Udah bangun, hm?" Jeffrey duduk disampingnya, menatap wajah Rara yang tampak memucat.
"Dedeknya mana?" Jeffrey mengulas senyum tulus, mengecup punggung tangan Rara dengan lembut.
"Ada, sebentar lagi dia kesini." Rara hanya mengangguk.
"Yang lain? Bibi sama Mas Deva?"
"Bibi aku suruh pulang nyiapin perlengkapan kamu, kalo Mas Deva pulang sebentar mau jemput Mba Gita. Masih sakit?"
"Sedikit, Mas." Keadaan hening sejenak, Rara mengambil sebelah tangan Jeffrey memainkan cincin yang berada di jari manis suaminya itu.
"Anaknya tadi berapa berat sama panjangnya, Mas?"
"Lupa, Ra." Rara mendelik kesal kemudian mencubit paha Jeffrey.
"Yang bener aja Mas, masa lupa?"
"Hehe kalo gak salahnya beratnya 3,8 panjangnya 51. Nanti, Mas tanyain lagi pastinya." Rara mengangguk paham, sedikit mengadah menatap wajah Jeffrey. Jeffrey tampak sangat kelelahan. Tangan Rara tergerak mengelus pipi Jeffrey dengan lembut.
"Aduh, ayah ganteng banget deh. Makasih ya sekali lagi." Jeffrey tersenyum menampakan dua bolongan di pipinya itu tercetak jelas. Mengingat detik-detik sebelum Rara melahirkan ada saja timbul cekcok diantara keduanya.
"Cie yang bakal puasa 40 hari. Hahah."
"Aaa~ Bunda jangan ingetin itu dong." Rara tertawa puas, melihat rengekan suaminya, hal yang jarang Rara lihat dari sisi Jeffrey.
"Kamu gemes banget, Mas. Itu nanti anaknya iri loh liat kamu gemesin gitu." Jeffrey tampaknya malu, ia mengecup seluruh bagian wajah Rara, tetapi seketika terhenti mendengar ketukan pintu dari arah luar.
Seorang perawat masuk membawa putra mereka, Rara sangat antusias untuk menggendongnya.
"Bu Rara, anaknya sudah boleh dikasi asi untuk pertama kali. Asi ibu gak kering kan?"
"Alhamdulillah nggak, ini udah bengkak malah."
"Alhamdulillah, Bu Rara ngerti kan caranya? Pas awal memang terasa sakit, tapi lama-lama nggak kok." Sebut saja Rara bodoh, ia benar-benar tidak mengerti bagaimana cara memberi asi. Maksudnya cara menggendongnya ataupun bagaimana cara anaknya bisa menghisap secara otomatis. Iya, Rara sangat bodoh.
"Hah, gimana suster saya gak ngerti."
"Ya Allah, kayak Mas bia- ." Rara tertegun mendengar penuturan Jeffrey, walaupun belum sempat diucapkan Rara jelas tau kemana arah pembicaraan Jeffrey.
"O-oh, kayaknya saya keluar dulu, permisi." Selepas suster itu pergi, Rara tak segan mencubit lengan Jeffrey.
"Bener-bener Mas Jeffrey ini ya."
" Maaf, Ra. Gak sengaja." Rara mengabaikan Jeffrey, pandangan beralih pada bayi mereka yang berada dalam dekapannya.
"Anak bunda laper? Sebentar ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar✓
Fanfiction❝Bismillah. Ini pertanyaan yang dari awal sudah membuat saya bingung, sebelum proses ini, Mas Jeffrey langsung mengkhitbah saya tanpa ingin melalui proses ta'aruf terlebih dahulu. Apa yang membuat Mas Jeffrey seyakin itu dengan saya dan kenapa Mas J...