3

29.2K 3.2K 164
                                    

"Singkat saja, Ra. Saya cinta sama kamu." ucap Jeffrey dengan begitu yakin. Tapi, ini bukan jawaban kompleks yang Rara inginkan

'gak masuk akal' desisnya dalam hati.

"Mas Jeffrey, kita gak melihat secara langsung sifat dan kebiasaan kita satu sama lain, kita hanya mendengar. Kenapa bisa secepat dan seyakin itu?" memang benar, keduanya hanya saling mendengar cerita satu sama lain dari pihak perantara.

"Ya mencintai karena Allah dan di landasi dengan keimanan bisa sesederhana itu, Ra." ucap Jeffrey dengan tegas namun tetap lembut. Ia berusaha meyakinkan wanita di hadapannya saat ini.

"Kenapa saya ingin menikahi kamu? Karena saya mencintai kamu dengan iman, Ra. Menikah itu soalan memberi dan menerima, memahami dan mengerti mengajak taat dan beribadah pada Allah. Kalau sudah karena iman, setiap lafal ayat Al-Qur'an adalah pengikatnya, bila sudah sebab taat, setiap sujud jadi penarik bagi pasangannya. Iman membuat cinta nggak menyakiti, nggak membahayakan ataupun menuntut tapi senantiasa menjaga, melindungi, berkorban dan menentramkan. Maka cinta karena iman itu menenangkan, karena Allah yang memberikan izin mencintai." Lanjutnya panjang lebar.

Jawaban kompleks yang Rara inginkan terucap. Sedikit meyakinkannya. Percayalah, detik itu juga Rara sempat berpikir tidak ada alasan untuk menolak laki-laki dihadapannya. Dia dewasa, jawaban Jeffrey mampu membuat hatinya bergetar.

Dan yang paling terpenting. Ia dan Jeffrey, memiliki visi dan misi yang sama.

"Ra, ada lagi yang mau di tanyain ke Jeffrey?" Deva bertanya kepada Rara.

"Mas Jeffrey, saya rasa saya belum pantas jadi seorang istri, saya gak pandai masak, saya sering bangun telat, saya teledor, emosi saya masih labil. Apa Mas Jeffrey sanggup nantinya punya istri seperti saya?" mendengar pertanyaan dari Rara, membuat Jeffrey terkekeh pelan, ia merasa itu lucu.

" Kamu gak bisa masak ya gak masalah, saya ingin bangun rumah tangga bukan rumah makan. Kamu sering bangun telat? Kalo sudah menikah saya bisa bangunin kamu biar gak telat. Saya gak cari istri yang sempurna, sempurna itu milik Allah. Sedangkan manusia itu di ciptakan dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Maka dari itu Allah menciptakan manusia itu berpasang-pasangan. Jika sudah menikah setiap pasangan pasti menyempurnakan satu sama lain. Disini, saya yakin saya membutuhkan kamu untuk menyempurnakan saya dan hari-hari saya kedepannya." jawaban Jeffrey, mampu membuat jantung Rara berdetak dua kali lebih cepat. Jawaban yang sama, sama-sama menenangkan keraguanya.

"Ra, ada pertanyaan lain?" Deva bertanya kembali pada Rara.

"Cukup Mas, sekarang giliran Mas Jeffrey."

"Satu pertanyaan saya tapi ini langsung merujuk ke akhir proses pertemuan ta'aruf ini. Bismillah... Apa Rara akan melanjutkan ini?" benar, ini hanya pertanyaan singkat.

"Seminggu, saya butuh seminggu Mas."

"Apa saya bisa dapat kabar baik dari kamu?" tanya Jeffrey. Rara hanya membalas pertanyaan Jeffrey dengan senyum tipis.





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Ketiganya berjalan keluar dari cafe, dan menuju mobil masing-masing, sebelumnya mereka sudah berpamitan satu sama laim.

Ketika baru saja memegang knop pintu mobil, seseorang memanggil Jeffrey dengan berjalan cepat, lantas Jeffrey pun menoleh dan membuatnya sedikit heran.

"Kenapa Ra?" tanya Jeffrey lembut saat Rara berada di hadapanya.

"Ada satu hal lagi yang mungkin penting ditanyain, boleh kan saya tanya lagi?"

"Gapapa, Ra. Tanya aja,"

"Makanan rumahan kesukaannya Mas Jeffrey apa?" pertanyaan acak yang di lontarkan Rara sangat di luar ekspetasi Jeffrey.

"Random banget, Ra. Saya suka kentang balado sama opor ayam. Kenapa nanya itu?" Jeffrey terkekeh pelan.

"Gak ada Mas, Biar saya bisa belajar masak itu nanti. Mas, saya duluan ya... udah di pelototin sama Mas Deva dari tadi, Assalamualaikum Mas..." belum sempat Jeffrey mengeluarkan sepatah kata, Rara sudah beranjak terlebih dahulu. Percayalah, jawaban yang di lontarkan Rara mampu membuat telinga Jeffrey memerah, Rara bilang bahwa ia akan belajar memasak makanan kesukaannya, entah korelasi dari mana, Jeffrey beranggap bahwa Rara akan menerimanya.

Ia kembali memasuki mobil, senyum tak dapat lepas dari bibirnya, belum apa-apa tapi Rara sudah lihai mendominasi pikirannya.





________________

sebenernya ini hanya revisi kecil aja sih, karena aku gak mau terlalu ngilangin khas pemula di cerita pertamaku ini.
biar aku bisa lihat, sejauh mana aku berkembang.

oh iya, revisi ini cuma sebentar aja kok hehe.
selamat siang.




Dilamar✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang