Hai! Gimana kabarnya? Makasih banyak atas dukungannya dan Jangan lupa vomment-nya yaaa biar aku semangat nulis, hihi^^
Hope you enjoy, selamat membaca!
"Sayang maaf banget, Rara gak tau kalo sebanyak ini." ucap Rara seraya memakaikan concealer ke rahang bawah dan leher Jeffrey.
"Gapapa." Balas Jeffrey sembari mencuri satu kecupan di bibir Rara.
"Semalem kelihatan nya gak sebanyak ini deh, Mas."
"Bisa-bisanya kamu gak sadar."
"Mas Jeffrey marah ya?"
"Enggak, cuma lain kali jangan disitu di deket dada aja biar bisa ketutup."
"Bulu, Rara gak suka." Jeffrey tampak terkejut mendengar penuturan Rara.
"Astaghfirullah, frontal banget sih bumil."
"Fakta kan? Udah Mas, gak kelihatan lagi." Jeffrey berkaca menatap kembali bagian lehernya.
"Lama-lama juga luntur ini, Ra."
"Bawa aja concealernya, tapi hati-hati mahal soalnya." Jeffrey mengangguk, kemudian memasukan concealer yang Rara sodorkan padanya ke dalam tas.
"Sarapan yuk." Ajak Rara, kemudian keduanya langsung menuju meja makan dan menyantap sarapan.
"Ra, nasi gorengnya masih ada sisa gak?"
"Hm? Masih, mau nambah?"
"Enggak. Masukin ke kotak bekal sisanya, Ra." Rara yang sedang membuatkan Jeffrey kopi menatapnya dengan heran.
"Untuk?"
"Mas tuh sering kelaperan sekitar jam sepuluh atau sebelas gitu, jadinya mau bawa bekal aja untuk makan nanti."
"Udah dingin kalo dimakan jam segitu, nanti bilang aja kalo laper, biar Rara bisa minta anterin makanan sama Pak Fadli ke rumah sakit."
"Ngerepotin gak?"
"Gak lah orang untuk suami sendiri."Jeffrey terkekeh kemudian tangan nya terulur mengambil kopi yang disodorkan Rara.
"Mas boleh nitip gak nanti?" Rara mendudukan dirinya dihadapan Jeffrey menatap Jeffrey yang sedang menyeruput kopi yang ia buat sebelumnya.
"Nitip apa?"
"Kelapa muda."
"Kita ke alun-alun aja yuk nanti sore, cari disana sekalian jalan-jalan."
"Gak usah ngajak-ngajak dulu kalo gak tau pastinya nanti pulang jam berapa.".
"Mas tuh emang salah terus kayaknya di mata kamu."
"Dih apaan tiba-tiba ngomong gitu?"
"Setiap omongan kamu kadang-kadang tuh nyinggung loh, Ra. Semua yang Mas lakuin gak ada yang bener, heran." Rara justru terkekeh, dan bangkit dari posisinya untuk memeluk Jeffrey dari belakang.
"Rara nya aja yang lagi sensitif, maaf ya." Jeffrey mengecup pipi Rara dengan gemas.
"Udah hampir telat, buruan." Rara melepas pelukannya dan mengambil tas kerja milik Jeffrey.
"No. Kamu minum susu dulu, udah dibuatin juga." Rara menggelengkan kepalanya, menatap segelas susu didepannya.
"Nanti aja, Mas nya berangkat dulu ah."
"Mas tau ya kamu gak pernah habisin susu, minum ah sekarang, kalo gak minum Mas gamau berangkat pokoknya." Rara berdecak sebal saat Jeffrey mulai memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar✓
Fanfiction❝Bismillah. Ini pertanyaan yang dari awal sudah membuat saya bingung, sebelum proses ini, Mas Jeffrey langsung mengkhitbah saya tanpa ingin melalui proses ta'aruf terlebih dahulu. Apa yang membuat Mas Jeffrey seyakin itu dengan saya dan kenapa Mas J...