2

34.3K 3.4K 150
                                    

Aku adalah sekumpulan asumsi. Terbentuk dari angan-angan panjang manusia yang menyedihkan. Dipeluk takdir yang membelokkan.

Lantas kau adalah sekumpulan tujuan. Terbentuk dari doa-doa khidmat manusia yang taat. Dipeluk mimpi yang enggan dimiliki.

Lalu suatu saat kita bertemu di persimpangan. Rupanya tangan Tuhan yang menjadikan. Aku sekumpulan asumsi dan kau sekumpulan tujuan, bertatapan.

Semesta memendam rahasia terlalu lama. Membuat asumsi akhirnya mati sebab ketidakpasti. Dan tujuan hilang raga sebelum benar-benar dipunya.

Aku dan kau adalah sekumpulan hal-hal yang tak mungkin bertemu, kecuali Tuhan beri sila.

Sajak karya Septian Galuh yang berjudul 'silakan' mampu membuat ia memutar otaknya. Apakah ia yang nanti akan aku jadikan teman untuk gapai semua angan dan tujuan? Apakah pertemuan ini campur tangan Allah? apa ini sudah jelas? pikirnya.


Oh ayolah bagaimana ini bukan campur tangan Allah? sementara untuk jatuh ke tanah saja daun memerlukan izin Allah, bagaimana mungkin pertemuan antara dua insan ini bukan campur tangan dari-Nya?

Sebuah mobil hitam singgah di parkiran sebuah cafe . Ya, hari yang mereka janjikan lusa telah sampai pada hari ini. Di temani sang kakak, ia melangkah pelan memasuki cafe tersebut. Kepalanya menoleh ke kanan kiri untuk mencari nomor meja yang telah seseorang tempati. Nomor 9, yang berada di pojok kiri.

"Mas itu 'dia' ya?" tanya Rara sembari menunjuk laki-laki yang tengah menatap gawainya.

"Bener, Ra. Yuk samperin." keduanya melangkah pelan ke arah meja tersebut.

"Mas kayaknya Rara kentang banget ya?" bisik Rara di sela-sela langkahnya.

Kakaknya Rara. Devara Gideon Azkano. Menepuk pelan bahu seseorang dari belakang, berniat menyapanya.

"Jeff, udah lama?" tanya Deva sembari menghempaskan bokongnya ke bangku. Di susul juga oleh Rara yang duduk di sampingnya, sementara Jeffrey duduk berhadapan dengan Deva.

"Gak kok bang, baru aja sampe. Mau pesen apa bang, Ra? Biar Jeff pesenin," tawarnya.

"Abang espresso 4 shot a-" belum sempat Deva menyelesaikan kata-katanya, Rara sudah lebih dulu memotongnya.

"Mas Deva Espresso double shot aja, saya Affogato coffe aja, Mas." ucap Rara. Jeffrey sangat bahwa itu adalah bentuk perhatian Rara pada Deva. Dari sekian lama ia menunggu, baru kali ini ia dapat mendengar suara Rara secara langsung. Tidak bohong, Jeffrey semakin gugup dibuatnya.

"Oke biar saya pesenin dulu."

Selang dua menit, Jeffrey kembali duduk di hadapan keduanya. Canggung, itulah suasana yang di rasakan keduanya, walaupun ada Deva disana, mereka tetap merasa canggung untuk memilih topik pembicaraan.

"Canggung banget, yaudah saya tanya dulu mau mulai dari siapa Jeffrey atau Rara?" tanya Deva melirik mereka secara bergantian.

"Kemaren Jeff udah banyak tanya tentang Rara lewat Bang Dev jadi Jeff rasa untuk pertemuan hari ini cuma satu pertanyaan aja yang mau Jeff tanyain." ucap Jeffrey.

"Silahkan tanya, Jeff." Deva selaku mediator atau perantara mulai mempersilahkan Jeffrey untuk menanyakan sesuatu kepada adiknya, Rara.

Untuk melakukan Ta'aruf di perlukan seorang Mediator. Mediator ini bisa dari kerabat salah satu pihak, bisa orang yang terpercaya atau sosok yang kesalihannya sudah diakui. Seorang mediator haruslah berpengalaman tentang pernikahan dan memahami etika pergaulan pria wanita dalam Islam. Sehingga dia bisa mengarahkan peserta taaruf. Maka syarat pertama dalam taaruf adalah adanya mediator yang amanah.

Jelas bahwa Deva sudah berpengalaman, sebelum menikah ia juga melewati proses yang sama seperti ini.

"Terakhir aja bang, biar Rara aja yang duluan," ucap Jeffrey lembut seraya mempersilahkan gadis di samping Deva untuk melontarkan pertanyaan kepadanya.

Rara menarik napas panjang. Pertanyaan yang telah ia siapkan dari rumah. Pertanyaan yang mampu membuat ia migrain dari dua hari yang lalu akan ia tanyakan pada laki-laki dihadapannya.

"Bismillah. Ini pertanyaan yang dari awal sudah membuat saya bingung, sebelum proses ini, Mas Jeffrey langsung mengkhitbah saya tanpa ingin melalui proses ta'aruf terlebih dahulu. Apa yang membuat Mas Jeffrey seyakin itu dengan saya dan kenapa Mas Jeffrey memilih saya untuk di jadikan istri?" pertanyaan sederhana, tapi sangat membutuhkan jawaban yang kompleks.

"Singkat saja Ra. Saya cinta sama kamu".

Dilamar✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang