8

24.4K 2.5K 240
                                    

Cerita ini sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran dan jangan lupa tinggalin jejak yaa!

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." [QS. Ar. Ruum (30):21].



Selesai sholat subuh, Rara kembali membaringkan badannya di tempat tidur, masih ada waktu setengah jam untuknya bersantai sedikit sebelum para perias akan merias wajahnya. Selang beberapa menit, ketukan pintu dari arah luar kamarnya membuat ia melepas pandangannya dari gawai yang ia pegang, ia berjalan malas ke arah pintu kamarnya, terlihat Jeno sedang berdiri di depan kamar.

"Mba Rara, ada Papa dibawah lagi ngobrol sama Mama."

"Oh ya? tuunggu sebentar Mba Rara lepas mukena dulu."

Mendengar ucapan Jeno, Rara segera bergegas ke lantai bawah untuk menemui Papanya, sudah sekitar tiga bulan keduanya tidak bertemu. Dari jauh ia sudah melihat kedua orangtuanya sedang mengobrol, hati Rara dibuat menghangat oleh keduanya.

"Papa?" sapa Rara, membuat sang Papa menoleh kemudian tersenyum haru, Rara yang melihat itupun langsung menghambur ke pelukan Papanya, Rara terisak di dalam dekapan itu.

"Rara kira Papa gak dateng."

"Gimana bisa anak gadisnya Papa menikah Papa gak dateng." Papanya mengelus surai Rara dengan lembut, air di pelupuk matanya semakin mendesak untuk keluar.

"Papa gak kasi kabar." Rara masih sesegukan di pelukan Papanya.

"Ini kan kejutan, sayang. Udah ya jangan nangis." Papanya berusaha menenangkan Rara, kemudian ia mengecup dahi Rara dengan singkat.



" Papanya berusaha menenangkan Rara, kemudian ia mengecup dahi Rara dengan singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rara melihat kedua lelaki dihadapannya saat ini, kedua lelaki itu tampak berjabat tangan, tak lama setelah itu kata 'sah' menggema dipenjuru ruangan, tangannya menggenggam erat tangan sang Mama serta kakak iparnya kala lelaki yang saat ini sudah menjadi suaminya melangkah kearahnya.

"Bismillah.."

Entah apa yang Rara rasakan saat ini, yang jelas jantungnya saat ini berpacu berkali-kali lipat saat Jefffrey meletakan tangan kirinya ke ubun-ubun kepala Rara.

"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."

Dilamar✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang