Hai! Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa vomment-nya yaa
Ini membosankan ya? hehe
Ada kritik atau saran mungkin?Selamat Membaca^^
"Gak mau, Rara takut. Demi Allah." Jeffrey menyisir rambutnya ke belakang, ia menghela nafas dengan kasar saat mendengar penuturan dari Rara.
"Kamu mau nya apa, Rara?" Jeffrey menekan kata-katanya.
"Rara gak siap, Mas..."
"Kamu mau hamil selama-lamanya apa gimana?" Rara menggeleng pelan kemudian menunduk meremas bagian bawah baju Jeffrey.
"Kamu childish, Rara."
"Mas Jeffrey bisanya ngomong aja. Mas Jeffrey gak ngerasain yang Rara rasain. Rara takut, Rara gak siap. Gak ada Mama atau Ibu, Rara gak ngerti apa-apa, Mas." Rara mulai terisak membuat Jeffrey menariknya ke dalam pelukan. Jeffrey menepikan keegoisannya, mencoba memahami dari sudut pandang Rara.
"Ada aku, sayang." Jeffrey melepas pelukannya, mengecup kening Rara dengan lembut kemudian menatap manik mata Rara yang kian sembab.
"Tolong nurut, sehabis sholat subuh kita ke rumah sakit. Okey?" Rara hanya terdiam menanggapi persetujuan Jeffrey.
"Ra, anak kita itu, Ra. Gak mau ketemu, hm?" Jeffrey berujar lembut menyelipkan anak rambut Rara ke belakang telinga.
"Mau." sungut Rara dengan pelan.
"Ayo, Mas bantu bersihin ini." Rara mengangguk kemudian mengikuti langkah Jeffrey ke kamar mandi.
Selepas sholat, Rara mengalami kontraksi lagi, terhitung di pagi ini, ia mengalami kontraksi disetiap 20 menit sekali. Jeffrey mengganti celananya kemudian membantu Rara untuk mengenakan pakaian.
Pergerakan Jeffrey semakin terburu kala mendengar rintihan kecil dari Rara.
"Bi. Tolong siapin baju-baju Rara sama baju-baju bayi ke dalam tas. Nanti Bibi ikut ke rumah sakit tunggu saya kabari lagi ya."
Setelah berpesan Jeffrey menuntun Rara untuk menuju ke mobil.
Melirik Rara sekilas disampingnya, tampak Rara sangat kesakitan tetapi seolah ditutupi oleh istrinya itu.
"Sakit ya?"
"Eungh.. Gak kok, kamunya jangan panik, Mas." Jeffrey mengangguk, ia tau Rara sedang menahan sakit, Jeffrey kemudian merogoh ponsel disaku celananya untuk menghubungi seseorang.
"Tolong siapin kamar untuk istri saya." Singkat hanya itu saja yang ia lontarkan kepada orang di sebrang sana.
"Jangan pikirin yang aneh-aneh ya, Ra. Bayangin aja gimana lucunya anak kita nanti." Jeffrey menoleh sekilas, menggenggam tangan Rara yang terasa dingin.
"Jangan laju-laju, Mas."Jalanan masih sepi, teguran Rara membuat Jeffrey melambatkan kecepatan pada mobilnya.
"Jangan di paksain harus normal, kan bisa caesar juga."
"Mas Jeffrey yang nanganin?"
"Gak dong, itu perutnya udah gak sakit lagi?"
"Udah nggak, Mas." Penuturan Rara tidak sepenuhnya membuat Jeffrey tenang, ia sangat panik sebenarnya, prediksi Jeffrey Rara sudah mendapati pembukaan awal tetapi ia memilih untuk diam karena itu akan membuat Rara semakin panik.
"Kita bener-bener sendiri?"
"Nanti aku hubungin Mama sama Ibu. Disini masih ada Mas Deva juga kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar✓
Fanfic❝Bismillah. Ini pertanyaan yang dari awal sudah membuat saya bingung, sebelum proses ini, Mas Jeffrey langsung mengkhitbah saya tanpa ingin melalui proses ta'aruf terlebih dahulu. Apa yang membuat Mas Jeffrey seyakin itu dengan saya dan kenapa Mas J...