❝Bismillah. Ini pertanyaan yang dari awal sudah membuat saya bingung, sebelum proses ini, Mas Jeffrey langsung mengkhitbah saya tanpa ingin melalui proses ta'aruf terlebih dahulu. Apa yang membuat Mas Jeffrey seyakin itu dengan saya dan kenapa Mas J...
Hi! Terima kasih sudah mampir! Jangan lupa vomment-nya yaaa
Hope you enjoy, selamat membaca^^
Rayyan sudah hampir menginjak usia 1 bulan. Masih belum ada yang bisa ia lakukan tetapi cukup mampu menguras waktu tidur Rara. Rara bahkan lupa kapan terakhir kali ia dapat tertidur nyeyak.
Jeffrey jelas ikut andil dalam mengurusi Rayyan, tetapi ia tidak diperbolehkan Rara untuk ikut begadang karena itu akan menganggu pekerjaannya di esok hari.
Semenjak kehadiran Rayyan, Jeffrey tidak pernah lagi pulang petang. Seperti di saat ini, Rara tengah berhias kemudian membawa Rayyan ke dalam gendongannya.
"Rayyan udah wangi, Bunda udah cantik. Kita tunggu Ayah di depan ya, sebentar lagi Ayah pulang." Rara memberi kecupan gemas di wajah Rayyan, hal itu tentu saja membuat anaknya terusik dan menggeliat.
Rara menggendong Rayyan, kemudian melangkah menuju teras rumah untuk menunggu kepulangan Jeffrey. Ia duduk di bangku yang berada disana sembari memandang wajah tampan anaknya.
Tidak butuh waktu lama untuk menunggu kedatangan Jeffrey, mobil Jeffrey mulai masuk perkarangan rumah membuat senyum Rara mengembang.
"Yeay, Ayah datang." ucap Rara pada Rayyan.
Arah pandang Rara terus memandang ke arah Jeffrey yang baru saja turun dari mobil dan kemudian berjalan mendekat ke arahnya. Jas dokter ia sampirkan di tangannya dan kancing bagian atas yang tampaknya sengaja ia buka. Hanya itu, tapi cukup mampu mengacak hati dan pikiran Rara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Masyaallah. Dua kesayangan Ayah lagi nungguin ayah pulang ya?" Rara menyalami Jeffrey, membuat Jeffrey mengusak puncak kepalanya dengan lembut. Jeffrey juga menunduk menatap Rayyan yang pulas tertidur didalam gendongan Rara.
"Mana pesenan Rara?"
"H-hah? Kamu pesen apa?"
"Pasti gak baca WA dari Rara. Rara nitip Mie ayam, Mas."
"Mie ayam?"
"Iyaaa. Rara bosen makan rebusan mulu terus gak ada rasanya lagi. Tolong bilangin Ibu sama Mama dong, Mas, kalo itu gak ada sangkut pautnya sama rasa ASI. Kasian juga Ibu sama Mama tiap pagi kesini." Rara kembali mengeluhkan perihal makanannya selama kurang lebih sebulan ini.
Mamanya dan Ibu Jeffrey sangat kuno di mata Rara, karena masih saja percaya jika makanan yang ia makan akan mempengaruhi ke rasa ASI, sebelumnya pun ia sudah cari di internet kalau itu hanya sekedar mitos.
"Biar kamu sehat, Rara." Rara berdecak kesal.
"Mas Jeffrey sih enak makanannya enak terus." Jeffrey sangat gemas, padahal sudah menjadi seorang Ibu, tingkah Rara masih saja seperti anak kecil. Ia juga pernah berpikir ketika melihat Rara sedang menggendong Rayyan. Rara terlihat lebih cocok menjadi kakaknya Rayyan dibanding menjadi bundanya.