6

24.6K 2.3K 9
                                    

Jumat.

Waktu telah tiba. Tepat pada hari ini, Rara akan menyimpahkan keputusannya kepada laki-laki yang dengan gagahnya datang untuk menjadikannya seorang istri. Lelaki itu tentunya tidak bisa menerka jawaban apa yang akan ia dapatkan.

Rara sudah menyimpan keputusan itu, keputusan yang tentunya tidak mudah untuk ia dapatkan, bermalam-malam ia merayu sang pencipta untuk di beri petunjuk dan arahan serta meminta untuk meneguhkan hatinya.

Beberapa jamuan untuk tamu kecil sudah tersusun rapi di atas meja ruang tamu. Jeffrey akan kerumahnya dan mengabari bahwa orangtua nya juga akan ikut serta.

Selang beberapa menit, sebuah mobil putih memasuki perkarangan rumahnya. Ia dan keluarganya sudah siap untuk menyambut Jeffrey beserta kedua orangtuanya.

Rara segera menyalami kedua orangtua Jeffrey. Jeffrey datang dengan membawa sebuah buket bunga di tangan, bulir-bulir keringat juga begitu kentara terlihat di dahinya.

Kedua keluarga itupun duduk dengan santai sembari mengobrol ringan sebelum membahas hal yang lebih serius.

Dari awal menuju rumah ini jantung Jeffrey berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, dari kemarin ia sudah memikirkan apa yang akan ia lakukan apabila Rara menerima ataupun menolak untuk melanjutkan proses ini.



















"Bismillahirrahmanirrahim. Saya Ranajsya Aurha Azzahra ingin melanjutkan proses ini sampai ke jenjang pernikahan."

ucapannya waktu itu.

Tak terasa bahwa pernikahannya akan di laksanakan tiga hari lagi. Masih tidak menyangka bahwa ia akan menikah dengan lelaki yang bisa dikatakan asing baginya

Bayangkan baru terhitung empat kali dirinya dengan Jeffrey bertemu selama terikat pada proses ta'aruf sampai akhirnya ke jenjang pernikahan.

Pertama, saat ia bersama Deva.
Kedua, saat diantar ke tempatnya mengajar.
Ketiga, saat proses khitbah.
Keempat, saat mengurusi surat-surat di KUA.

selebihnya tidak ada, termasuk berkomunikasi di media sosial.

Jelang sebelum hari pernikahan, banyak sekali hal-hal yang melanda pikirannya, bahkan keraguan sempat membuncah di pikirannya. Iya Rara sangat overthinking karena baginya ia akan memulai sebuah fase baru di kehidupan.

Malam ini rencananya Dhea dan Yola akan menginap dirumahnya, sebelum ia menikah ia ingin puas-puas bermain bersama kedua temannya.

"Ra, inget gak waktu kita SMA pas kita lagi ngumpul sama temen-temen yang lain kita pernah bicarain siapa diantara kita yang nikah duluan?" tanya Dhea sembari memecah keheningan dibantara ketiganya. Mereka duduk bersila diatas tempat tidur milik Rara.

"Ah inget! Aku dulu bilangnya kamu lho, Dhe." jawab Rara sedikit antusias.

"Aku dulu pilihnya Wika karena pas itu di antara kita hanya dia yang punya pacar." sela Yola.

"Dulu aku bilangnya kamu, Ra. Gak tau kenapa, eh rupanya emang kamu yang nikah duluan." ucap Dhea seraya terkekeh pelan kemudian ia memegang tangan Rara dengan lembut, suasana sedih mulai menyapa ketiganya.

"Gak nyangka banget kamu bentar lagi nikah, padahal dulu kita masih nongkrong dan les bareng-bareng." ucap Yola yang juga ikut memegang tangan Rara.

"Nanti pasti waktu kamu udah jadi istri orang, waktu kita untuk ketemu pasti udah sedikit." ucap Dhea yang mampu membuat Rara tersenyum kecil.

"Kita kan bisa ketemu disekolah, Dhe." ucap Rara.

"Iya kalo kamu nanti dibolehin kerja sama suami kamu, kalo nggak gimana?" ucapan Dhea mampu membuat Rara terhenyak diam, benar, Rara sama sekali tidak memikirkan bagaimana pekerjaannya di kedepannya, waktu singkat ini benar-benar membuat ia tidak sempat memikirkan hal itu ataupun berdiskusi terlebih dahulu dengan calon suaminya.

Melihat perubahan sikap Rara, Yola langsung mencairkan suasana.

"Ih Rara jangan sedih gitu lah, nanti aku sama Dhea bakalan sering kerumah kamu kok." Yola berusaha menenangkan Rara sembari mengelus pundaknya dengan pelan, Rara hanya mengulas senyum tipis membalas ucapan Rara.

"Yola, Dhea, makasih banget udah mau jadi temen aku, kita glow up bareng-bareng, kita juga berjuang untuk masuk PTN kita dulu juga bareng-bareng. Makasih banyak udah bantu aku selama ini, selalu ada di belakang aku, banyak banget ketakutan-ketakutan yang aku lewatin sama kalian. Intinya makasih banget, tolong doain semoga aku nantinya bisa jadi istri yang baik ya, aku sayang banget sama Dhea dan Yola, Insyaallah aku bakalan sering repotin kalian berdua lagi kok." Ucap Rara terkekeh pelan seraya mengusap air matanya.

"Aaaa peluk dulu sinii!" Yola merengkuh kedua temannya, sehingga mereka berpelukan dengan erat.

" Ini agak berlebihan dan alay memang, tapi juga jarang-jarang bisa dapet momen yang kayak gini." Ucap Rara.

"Ayok kita vc yang lain!" Seru Dhea.

Malam itu menjadi malam yang menyenangkan untuk Rara, baginya teman itu begitu berharga.




____________________________________

Makasih ya udah mau baca cerita ku! Jangan lupa pencet ikon bintang di kiri bawah yaa!

Dilamar✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang