35

18.4K 1.6K 81
                                    

Hi! Alhamdulillah ‘Ala Kulli Haal . Terima kasih banyak atas dukungan kalian dan Jangan lupa vomment-nya
Selamat membaca!












"Rara?" Rara yang sedang mengancingkan kemeja Jeffrey langsung menaikan pandangannya, menatap wajah Jeffrey.

"Hm?"

"Pertanyaan mas kemaren belum di jawab."
Rara tersenyum tipis kemudian kembali melanjutkan kegiatan nya.

"Rara, jawab." Rara terdiam sejenak, kemudian memberanikan diri untuk menatap mata Jeffrey.

"Kenapa harus Rara jawab? Bagi Rara itu pertanyaan retorik, dan pertanyaan retorik gak butuh jawaban."

"Ra-"

"Rara mau minta talak sekarang juga gak bisa kan?"

"Rara!" Jeffrey sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Kenapa harus nanya sedangkan goals kita sama-sama untuk gapai surga?"

"Maksud kamu?"

"Rara tau kalo Rara itu masih childish, tapi Rara gak pernah ada pikiran kayak gitu, kita udah pernah janji untuk ke surga bareng-bareng. Artinya, kalo belum sampai, ya belum bisa selesai."

Jeffrey terdiam.

"Kita juga udah janji untuk selalu coba terbuka dan mencintai kekurangan satu sama lain. Kenapa mas masih butuh jawaban? Mas lupa sama janji kita?"

"Tapi kenapa kamu kayak gini?" Rara menarik nafas dalam-dalam, kemudian duduk di tepi ranjang.

"Rara capek." Jeffrey menatap Rara, kemudian menyisir rambutnya ke belakang, sedikit frustasi dengan keadaan sekarang. Ia duduk sedikit berjauhan disamping Rara.

 Ia duduk sedikit berjauhan disamping Rara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas harus gimana, Rara?"

"Jangan egois. Rara juga bisa jaga diri, dan cara kita itu beda. Mas jangan egois, dan bilang Rara gak ngejaga dia hanya karena Rara gak gunain cara yang sama dengan yang mas lakukan."

"Maaf."

"Jangan kayak kemarin lagi, Demi Allah, Rara takut."

"Rara tau mas khawatir tapi kenapa harus kayak gitu? Rara juga capek, semenjak hamil Rara gak paham sama diri Rara sendiri. Badan Rara rasanya gak nyaman, mau ngapain juga rasanya gak nyaman, Rara berusaha mati-matian nahan mual, Rara juga capek nangis terus. Mas jangan kayak gitu lagi, tolong."

Jeffrey terdiam, ia semakin merutuki dirinya sendiri kala isakan tangis Rara semakin jelas terdengar olehnya.

Ia kembali menyakiti hati seorang perempuan, yang sebelum bertemu dirinya, di jaga dan dibahagikan mati-matian oleh keluarga nya.

Wajar kan apabila sekarang Jeffrey merasa tidak pantas?

Ia menggeser pelan duduknya, mencoba menjadi sandaran ternyaman kedua setelah sujud untuk Rara.

Dilamar✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang