31

17.6K 1.6K 39
                                    

Hai! Sebelumnya aku mau ucapin terima kasih ke kalian atas 4k vote nyaa! Makasih banget karena udah dukung cerita ini, gak terasa cerita ini udah masuk ke chapter 30-an. Sayang banget sama kalian :"

Selamat Membaca!














Tepat saat minggu ke delapan, Rara kembali mengecek kandungannya.

Rara tidak mengabari Jeffrey terlebih dahulu, karena tadi pagi Jeffrey bilang jadwalnya tidak pasti, dan Rara takut akan menganggu pekerjaannya.

Saat melewati lorong rumah sakit, ada beberapa perawat yang menyapa dirinya, tujuan langkahnya saat ini adalah ruang kerja suaminya.

Panggilan seseorang dari belakang seketika membuat Rara terhenti dan membalikan badannya.

"Mas Dejun?"

"Eh iya, Ra. Gimana kabarnya?"

"Ah, Alhamdulillah. Mas Dejun gimana? Udah dapat jawaban?" Lelaki beralis tebal dihadapannya hanya menggeleng dengan pelan.

"Doa terus, Mas."

"Iya, kamu mau nyusul bang Jeff ya?"

"Iya, tapi masih gak tau ada atau nggak, takutnya ada jadwal."

"Hahah. Bang Jeff kalo ga salah ada diruangannya kok, udah 4 hari ini jadwalnya di gantiin sama Dokter Mikha."

"Oh ya?"

"Iya, duh maaf, Ra. Saya harus balik kerja lagi."

"Oh iya mas, silahkan." Dejun berlalu, membuat Rara melanjutkan langkahnya.

Saat sampai didepan pintu, Rara mengetuk pelan pintu tersebut, tetapi tidak ada terdengar sahutan dari dalam.

Seketika Rara memutar knop pintu itu, pandangan pertama yang ia lihat adalah suaminya yang tengah tertidur, dengan kedua tangan yang menumpu wajahnya diatas meja.

Rara sedikit heran, Jeffrey tipikal orang yang mudah terusik ketika sedang tertidur, tetapi untuk kali ini sampai ketukan pintu ke 6 pun tidak membuat Jeffrey bangun dari tidurnya.

Saat berdiri dihadapan Jeffrey, Rara dapat melihat wajah pucat serta lelah yang sangat kentara diwajah suaminya, tangan Rara tergerak mengelus surai tebal Jeffrey.

"Eungh.." Rara menarik tangannya, ia kira elusan lembut darinya tidak akan membangun Jeffrey.

Jeffrey menegakkan badannya, serta mengucek matanya agar pandangan kembali jelas, saat menyadari ada Rara dihadapannya, bibir Jeffrey tertarik ke atas.

"Hei, udah lama sampenya?"

"Ngga, Rara aja baru masuk."

"Maaf ya ngga jemput kamu."

"Gapapa, Mas....udah makan?" Jeffrey menggeleng ragu, ia takut akan diomeli oleh Rara.

"Ih kenapa?"

"Gak selera dan.... mual."

Rara menghela napas dengan berat.

"Mas, pusing?"

"Engga."

"Jangan boong."

"Ya cu-"

"Tuh kan, makanya jangan sampe gak makan, kalo ga selera di paksain aja."

"Duh, ya ampun, iya sayang, abis dari dokter kandungan temenin Mas makan ya?"

"Oke. Mas cuci muka dulu gih."

Dilamar✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang