Hi! Di chapter sebelumnya rame banget! Makasih udah mampir, jangan lupa vomment-nya! :D
Selamat membaca!
Pagi ini, Rara berangkat bekerja dengan diantar oleh Jeffrey, hubungan keduanya menjadi sedikit canggung. Rara masih dengan rasa takutnya dan Jeffrey yang masih tak enak hati pada Rara. Selama perjalanan menuju tempat mengajar, Rara dan Jeffrey bahkan tidak berminat mengeluarkan suara.
Semenjak kejadian semalam, Rara menjadi sedikit lebih diam. Rara sama sekali tidak marah, tapi ia hanya merasa takut. Ada sisi lain dari Jeffrey yang semakin lama, semakin terlihat oleh Rara. Memang ini bukan kali pertama Jeffrey bertindak sedikit kasar, tapi entah karena efek kehamilannya, sikap Jeffrey semalam masih terbayang olehnya.
"Rara, kamu marah?" Jeffrey melirik Rara sekilas, kemudian kembali fokus ke jalanan.
"Hahah. Enggak kok." Rara mengibaskan tangannya, tidak membenarkan ucapan Jeffrey.
"Kalo gak marah, kenapa kamu diem terus?"
"Lagi gak ada topik aja."
"Kamu marah Rara, mas tau."
"Hahah. Enggak kok, mas. Rara cuma masih kaget aja, soalnya gak pernah dikasarin, keluarga Rara juga gak pernah kasar sama Rara." Walaupun Rara berujar disertai dengan kekehan dan tidak bermaksud menyindir, tetapi ucapan Rara cukup menohok Jeffrey. Jeffrey menggengam erat stir mobil, melampiskan kekesalannya.
"Maaf."
"Ih kenapa minta maaf? Kan emang Rara yang salah."
"Jangan kayak gini, Ra. Mas harus apa?"
"Rara cuma perlu waktu untuk cerna kejadian semalem, mas. Mau kayak gimana pun, itu tetap salah Rara."
"Ra-"
"Eh, udah sampai, Rara pamit ya, mas." Rara mencium punggung tangan Jeffrey, kemudian saat hendak keluar, Jeffrey menahan tangan Rara.
"Di makan ya, susu nya juga harus diminum."
Jeffrey menyodorkan sebuah kotak bekal dan botol berwarna transparan, bisa Rara liat bahwa kotak itu berisi beberapa buah-buahan yang dipotong menjadi kecil, dan juga susu vanila yang berada penuh didalam botol.
"Loh? Siapa yang siapin?"
"Aku."
"Kapan mas?
"Pas kamu siap-siap."
"Maaf ya ngerepotin, dan juga makasih." Jeffrey tersenyum lebar dan kemudian mengangguk, tangannya terulur mengusap lembut perut Rara.
"Bujuk bunda biar cepet maafin ayah, ya."
Rara sedikit tersentuh mendapatkan perlakuan manis dari Jeffrey pagi ini, tapi sayangnya hal itu tidak bisa membuat rasa sedih dan takut Rara berkurang.Rara menghabiskan jam istirahat pertama untuk sholat dhuha di surau sekolah, terlihat anak-anak murid yang sedang bergegas ke kelas saat bel mulai terdengar, Rara menikmati pemandangan itu.
Badannya masih belum ingin beranjak dari tempatnya, suasana surau yang sepi dan sejuk membuat Rara masih betah bersandar di dinding masjid.
Jika sudah ada masalah dalam rumah tangga seperti ini, Rara seketika ingin memutar waktu saat dirinya masih bebas dan tidak perlu berusaha keras untuk mencoba menjadi sempurna untuk orang lain.
Rara sebelumnya tidak menyangka bahwa kehidupan rumah tangga bisa serumit ini, inti dari pada inti, jika sudah menikah nanti kita harus tahan banting.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar✓
Fanfiction❝Bismillah. Ini pertanyaan yang dari awal sudah membuat saya bingung, sebelum proses ini, Mas Jeffrey langsung mengkhitbah saya tanpa ingin melalui proses ta'aruf terlebih dahulu. Apa yang membuat Mas Jeffrey seyakin itu dengan saya dan kenapa Mas J...