51

3.8K 412 92
                                    

Happy reading!






Sampai di rumah dengan keadaan berantakan Ara langsung mengunci pintu kamarnya. Ia menjatuhkan tubuhnya di ranjang lalu menangis terisak.

Apa yang membuat dadanya sakit. Adalah dia yang sudah dirinya beri kepercayaan sepenuhnya.

Padahal kalau dipikir pertemuan terakhir mereka masih baik-baik saja. Bahkan dia masih menjadi sosok yang soft kepadanya.

Memang ya, hati manusia siapa yang tau.

Sebesar apapun Ara menepis pikiran buruk itu, maka semakin sering kejadian kemarin terulang dalam otaknya bagai kaset rusak yang diputar.

..

Ara terbangun dengan perasaan lebih baik. Ternyata meluapkan emosi dengan menangis terisak sedikit membantu, setidaknya untuknya.

"Ra, lo di dalem,'kan? Bukain pintunya!". Suara Rizky terdengar dari balik pintu.

Sebelum membuka pintu Ara terlebih dulu mengusap wajahnya, takut bila ada jejak air mata yang masih tertinggal.

"Kenapa?".

Rizky mendorong tubuh Ara masuk ke dalam kamar. "Lo gak papa,'kan?!".  Tanyanya cemas.

Ara pura-pura tergelak dan melotot ke arah sahabatnya. "Apaan sih, ya gak papa lah. Emang kenapa?".

Rizky memegang kedua bahu Ara lembut. Tatapannya menyelam manik sahabatnya. "You're not fine". Ucap Rizky menekankan.

"Lo gak bisa bohong sama gue. Kita udah kenal berapa lama sih? Dari bayi Ra! Lo itu udah kayak adek gue dan lo masih berani bohong sama gue?". Rizky tersenyum mengejek.

Bersamaan dengan itu sebuah pelukan menyambut tubuhnya. Ara memang tak bisa berbohong. Rizky sudah mengenali nya belasan tahun. Laki-laki itu hanya bisa membalas pelukan sahabatnya seraya mengusap punggung Ara yang bergetar.

Ara lemah diperhatikan.

Dan dia ingat, masih ada orang yang memperhatikannya.

Disaat orang tuanya sendiri bahkan menelantarkannya. Rizky dan keluarganya sudah memberikan apa yang ia butuhkan.

Kasih sayang orang tua? Papa Ferdi dan Mama Ira bahkan menyayangi nya seperti anaknya sendiri. Kakak laki-laki Rizky, si kembar Aldi dan Aldo juga menyayangi nya.

"Ki. Kak Rangga ternyata sama perempuan lain". Ara meremas kaos yang Rizky kenakan.

Rizky membuang napas lelah. Dia sudah menduga Ara akan tau. "Udah ya, gausah pikirin si goblok itu".

Ara mengangguk terpaksa. Jujur saja dia sendiri masih tidak percaya ini semua.

"Lo mau kuliah di mana?".

Rizky berdecak melihat keterbengongan Ara. "Woi! Lo mau kuliah di mana cil?".

"Lah, udah mau lulus ya Aku?". Ara menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kebanyakan rebahan sih. Waktu berputar aja lo gak kerasa". Rizky merebahkan tubuhnya di kasur dan menatap langit-langit kamar.

"Aku ikut SNMPTN Ki. Doain ya keterima, huaaa Aku gak siap buat dewasa Ki". Ucapnya merengek.

Rizky buru-buru bangkit. "Lo milih di univ mana? Awas kalau jauh".

"Emang kenapa kalau jauh, takut kangen ya?". Tantang nya.

Rizky menepuk kepala Ara bagai anak anjing. "B aja sih, ntar gaada yang bisa gue bully lagi".

"Hilih bicit". Cibir Ara.

My DimplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang